
Gojek Thailand Dicaplok AirAsia, Ini Rekam Jejak Bisnisnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Grup maskapai berbiaya murah asal Malaysia, AirAsia Group Bhd (AAGB) lewat anak usahanya AirAsia Ads Sdn Bhd (AirAsia Superapps) mengakuisisi 100% operasi bisnis ride-hailing dan fintech Gojek di Thailand dengan nilai mencapai US$ 50 juta atau setara dengan Rp 720 miliar (kurs Rp 14.400/US$).
Dengan ini, melalui AirAsia lewat Airasia Digital akan mengambilalih operasional Gojek di Thailand oleh AirAsia Digital.
Sebenarnya, bagaimana jejak bisnis decacorn Tanah Air yang didirikan oleh Nadiem Makarim ini di Negeri Gajah Putih?
Gojek (sebelumnya bernama GO-JEK), mulai berekspansi ke Thailand pada 2018 dan resmi beroperasi pada 2019, berbarengan dengan penetrasi ke pasar Vietnam. Hal tersebut diawali dengan peluncuran dua perusahaan, yakni Go-Viet (Vietnam) dan GET (Thailand).
Menurut rilis resmi Gojek, ekspansi internasional ini dilakukan setelah ronde penggalangan investasi GO-JEK terakhir yang dibekingi investor kelas kakap seperti PT Astra International Tbk (ASII), Warburg Pincus, KKR, Meituan, Tencent, Google, Temasek, dan lainnya.
"Dari investasi yang didapatkan, dana sebesar US$500 juta dialokasikan untuk ekspansi internasional sejalan dengan strategi perusahaan melebarkan sayapnya di Asia Tenggara," jelas manajemen Gojek pada 25 Juni 2018.
Peluncuran tersebut terjadi ketika Gojek dan rival beratnya, Grab, bersaing mengumpulkan miliaran dolar AS dan berinvestasi secara agresif untuk mengamankan pangsa pasar mereka di Asia Tenggara.
Saat itu, ada lebih dari 640 juta konsumen di kawasan tersebut yang telah mengubah gaya hidupnya dalam bepergian, berbelanja, dan melakukan pembayaran, yang semuanya dilakukan melalui telepon pintar/smartphone.
Saat ini, setelah Gojek juga masuk ke Singapura pada akhir 2018, perusahaan yang baru saja membentuk sinergi bisnis dengan e-commerce raksasa Tokopedia di bawah panji GoTo ini beroperasi di empat negara, yakni Indonesia, Vietnam, Singapura dan Thailand (meski dalam proses divestasi bisnis di Thailand ke AirAsia).
Setelah mengaspal di tiga negara Asia Tenggara tersebut, pada 2020 Gojek mengintegrasikan aplikasi di Thailand, Vietnam dan Singapura di bawah satu brand Gojek.
Dengan demikian, nama GET dan Go-Viet yang sebelumnya dipakai di Thailand dan Vietnam resmi diganti dengan Gojek. Adapun di Singapura, perusahaan yang juga bergerak di jasa antar makanan ini beroperasi tetap dengan nama Gojek.
Menurut keterangan di website resmi Gojek di Thailand, superapp Gojek, menghubungkan lebih dari 50.000 pengemudi dan 33.000 pedagang ke jutaan konsumen Thailand dengan akses ke layanan ride-hailing (GoRide), pesan-antar makanan (GoFood), kurir (GoSend), dan e-wallet (GoPay).
Melansir Nikkei Asia, Rabu (7/7), saat ini pasar superapp di Thailand sangatlah ketat, lantaran para konglomerat lokal yang ikut ambil bagian dalam 'permainan'.
Ambil contoh, raksasa ritel milik Keluarga Chirathivat, Central Group, menyuntikkan dana senilai US$ 200 juta atau setara Rp 2,88 triliun di anak perusahaan Grab di Thailand pada 2019.
Sementara itu, konglomerat terbesar Thailand, Charoen Pokphand Group, juga sedang mengembangkan aplikasi konten TrueID milik anak perusahaan telekomunikasinya untuk menjadi superapp yang lebih mumpuni.
Menurut penelitian pengiriman makanan oleh konsultan Singapura Momentum Works yang dikutip Nikkei Asia, pangsa pasar Gojek di Thailand dan Vietnam terbilang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Grab dan Sea (induk e-commerce Shopee) pada 2020.
GrabFood menguasai 50% dari pasar pengiriman makanan Thailand dengan nilai gross merchandise value (GMV) US$ 2,8 miliar atau Rp 40 triliun pada 2020 , sementara Foodpanda milik Delivery Hero Group yang melantai di Frankfurt dan Lineman masing-masing meraup 23% dan 20%.
GoFood milik Gojek memiliki pangsa 7% di pasar negara yang memiliki Raja bernama Maha Vajiralongkorn tersebut.
Menurut laporan Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi internet Thailand bernilai US$ 18 miliar atau Rp 259 triliun pada 2020, terbesar kedua di kawasan setelah Indonesia yang mencapai US$ 44 miliar atau Rp 634 triliun.
Ekonomi digital Thailand diperkirakan akan tumbuh 25% menjadi US$ 53 miliar atau Rp 763 triliun pada tahun 2025, sementara pada tahun yang sama Indonesia akan tumbuh 23% menjadi US$ 124 miliar atau Rp 1.786 triliun.
Informasi saja, Gojek didirikan pada 2010 sebagai call center untuk melayani pemesanan transportasi roda dua (ojek) dan layanan pesan-antar. Pada 2015, perusahaan meluncurkan aplikasi mobil Gojek.
Menurut, rilis resmi perusahaan, per akhir kuartal I 2021, aplikasi Gojek sudah diunduh sebanyak lebih dari 190 juta, dengan mitra driver sebanyak 2 juta dan mitra usaha sekitar 900 ribu di kawasan Asia Tenggara.
Pada 2019, menurut estimasi perusahaan, Gojek berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebanyak Rp 104,6 triliun (US$ 7,1 miliar). Adapun total nilai produksi yang dihasilkan melalui ekosistem Gojek setara dengan 1% dari GDP Indonesia di tahun 2019.
Adapun menurut rilis resmi perusahaan pada November tahun lalu, Gojek berhasil mencetak laba operasional di luar biaya headquarter (contribution margin positive).
Sementara sepanjang tahun total nilai transaksi di dalam platform Gojek group (Gross transaction value/GTV) yang mencapai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 170 triliun.
Nilai ini meningkat 10% dibandingkan tahun lalu, dengan pengguna aktif bulanan Gojek yang telah mencapai 38 juta pengguna di seluruh Asia Tenggara.
Selain itu, Gojek juga mencatat pertumbuhan dompet elektronik GoPay yang berkembang 2,7 kali lipat pada periode Maret-Desember 2020. Kemudian layanan Paylater juga berkembang 2,7 kali lipat, dan donasi melalui GoPay mencapai Rp 102 miliar.
NEXT: Langkah AirAsia Caplok Gojek Thailand
