
RI Berambisi Jadi 'Raja' Ekonomi Digital 10 Tahun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan road map perdagangan digital di Indonesia hingga 10 tahun mendatang. Potensi nilai ekonomi digital pada 2030 mencapai Rp 4.531 triliun atau naik delapan kali lipat dari 2020.
Lutfi menggambarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital. Jika dilihat PDB Indonesia 2020 sebesar Rp 15.400 triliun, diprediksi akan menjadi Rp 24.000 triliun pada 2030.
Pada saat yang bersamaan, kontribusi Ekonomi Digital Indonesia (EDI) pada 2020 sebesar Rp 603 triliun dan akan naik 8 kali lipat pada 2030 menjadi Rp 4.531 triliun.
"Artinya ketika PDB tumbuh 1,5 kali lipat pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh 8 kali lipat. Ini pertumbuhan luar biasa. Ke depan ini bisa menjadi bagian dari daya ungkit ketika terjadi krisis seperti Covid - 19 karena tiba-tiba kita bangun dari tidur kita karena e-commerce itu bagian ekonomi yang penting," kata Lutfi dalam Economic Outlook Bisnis Indonesia, Rabu (7/7/2021).
Lutfi mengatakan sektor e-commerce itu akan menguasai 34% pangsa pasar ekonomi digital di 2030, dengan total nilai Rp 1.908 triliun. Diikuti dari sektor B2B services sebesar Rp 763 triliun, lalu travel online (online booking) sebesar Rp 575 triliun.
"Ini service yang akan membuka mata rantai ekonomi digital kita. Health tech kita di 2030 akan berjumlah Rp 471 triliun ini senada dengan education services Rp 160 triliun," katanya.
Lutfi mengatakan melihat dari digitalisasi kehidupan kita, bisnis e-commerce itu tumbuh drastis, dari Rp 302 triliun di 2019, lalu tumbuh menjadi Rp 1.178 triliun di 2025, hingga menuju Rp 1.900 triliun pada 2030. Begitu juga dengan online travel yang hanya Rp 100 triliun di 2019 naik menjadi Rp 575 triliun di 2030.
"Sementara frekuensi kunjungan e-commerce di Indonesia 54% masih dari lokal pasar. Karena peserta pelaku pemegang akhir masih orang Indonesia. seperti Tokopedia, Bukalapak, dan BliBli dan lain lain," jelasnya
Hanya saja untuk online media seperti platform nonton film Netflix masih banyak dikuasai luar negeri. Padahal peningkatannya mencapai 11 kali lipat penggunaannya atau langganan pada saat pandemi Covid - 19.
"Namun 80% digital ads pergi ke platform asing jadi untuk online media ini kita keluarkan biaya infrastruktur luar biasa tapi yang main dalam situ Netflix, Disney Plus, yang kepemilikan asing," katanya.
Sementara ride hailing seperti Gojek dan Grab juga akan meningkat nilainya dari Rp 86 Triliun menjadi Rp 491 triliun. Lalu fintech seperti Kredivo, Gopay, dan Investree juga naik dari Rp 81 triliun menjadi Rp 324 triliun.
Target 2030
Nilai ekonomi digital Indonesia akan melebihi dari negara tetangga pada 2030. "Ekonomi digital Indonesia di 2030 kita lihat diperkirakan menjadi Rp 4.531 triliun, artinya akan enam kali lebih besar dari Malaysia, hampir lima kali dari Filipina, hampir enam kali dari Singapura, dan Thailand hanya se-per seratus dari Indonesia, dan hampir empat kali dari Vietnam," kata Lutfi.
PDB Indonesia bisa tumbuh sekitar US$ 1.400 triliun per kapita di 2030, maka ekonomi digital dapat jauh lebih tinggi dari negara ASEAN lain, menurut Lutfi ini adalah sektor yang sangat penting.
Lutfi menjelaskan posisi Indonesia saat ini masih di bawah negara seperti China dan Amerika. Dimana Indonesia saat ini baru memiliki 5 unicorn atau perusahaan rintisan dengan nilai valuasi tinggi. Di China ada 101 Unicorn, sementara Amerika ada 207 Unicorn.
"Jika dibagi dibagi per PDB negara Indonesia punya 5 unicorn per US$ 1 triliun , China punya 7 unicorn per US$ 1 triliun, sementara Amerika itu sampai 10 unicorn per Rp 1 triliun," katanya
"Artinya kita masih di posisi awal kurva, diharapkan kita punya akselerasi tinggi. Tapi dengan nilai tambah harus di Indonesia. kita harus merancang policy dari orang Indonesia untuk orang Indonesia," jelasnya.
Selain itu posisi Indonesia dalam infrastruktur komunikasi masih masih sangat awal pada tingkat emerging. Juga digital consumer protection yang masih kecil.
"Tingkat keamanan konsumen kita masih awal sekali, Future Ready Workforce masih awal karena related skill in Innovation Ecosystem juga masih kalah dari Malaysia dan Singapore, Public service juga masih di bawah. Walaupun punya nilai tinggi, tapi kita kalah karena digital consumer protection harus bagus," katanya.
Menurut Lutfi i supaya ekonomi digital maju pada tahapan awal ini mulai dari mempercepat transaksi, meningkatkan akses informasi dan transparansi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Ramal Usai Pandemi Sektor Ini Makin Cerah