Apa Mau Dikata, Dolar Memang Kelewat Perkasa...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2021 09:25
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Apa boleh buat, sepertinya pelaku pasar sedang menjaga jarak dengan aset-aset berisiko, termasuk di Indonesia.

Pada Selasa (30/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.440 kala pembukaan perdagangan pasar spor. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah melemah. Pada pukul 09:06 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.450 di mana rupiah melemah 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Mata uang Tanah Air berada di Rp 14.440/US$, posisi penutupan terlemah sejak November 2020.

Hari ini kemungkinan rupiah kembali finis di jalur merah. Pasalnya, minta investor terhadap aset berisiko sedang rendah. Ini terlihat di bursa saham New York.

Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street ditutup variatif cenderung melemah. S&P 500 terkoreksi 0,09%, Nasdaq Composite turun 0,6%, tetapi Dow Jones Industrial Average (DJIA) masih bisa naik 0,3%.

Investor di New York cemas saat beredar kabar bahwa Archegos Capital, hedge fund di AS, tidak bisa memenuhi kewajiban alias default dalam margin call. Dikhawatirkan situasi serupa akan melanda institusi lain.

Ini membuat harga saham perbankan anjlok. Harga saham Citi ambles 1,97%, Goldman Sachs terkoreksi 0,51%, JPMorgan minus 1,55%, Morgan Stanley rontok 2,63%, Bank of America terpangkas 0,96%, dan Well Fargo ambrol 3,32%.

"Belum ada kejelasan apakah bank-bank AS akan terdampak. Namun itu pertanyaan yang muncul saat ini. Pelaku pasar melihat berita tersebut secara serius," kata Quincy Krosby, Chief Market Strategist di Prudential Financial yang berbasis di New Jersey (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Data Ekonomi AS Ciamik (Lagi)

Namun di sisi lain, optimisme di Wall Street ternyata masih ada. Ini membuat koreksi S&P 500 dan Nasdaq tidak terlalu dalam, plus DJIA yang bahkan menguat.

Sejumlah data ekonomi terbaru jadi 'bensin' untuk optimisme itu. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) wilayah Dallas merilis data indeks aktivitas manufaktur yang pada Maret 2021 adalah 28,9. Melonjak 11,7 poin dari bulan sebelumnya sekaligus menyentuh titik tertinggi sejak Agustus 2018.

Kemudian Universitas Michigan melaporkan indeks sentimen konsumen pada Maret 2021 berada di 84,9. Ini adalah yang tertinggi sejak Mei 2013.

Dunia usaha dan konsumen AS sudah seiya sekata, sejalan seiring, kompak manis. Keduanya sama-sama percaya diri mengarungi 'samudera' ekonomi dan siap untuk berekspansi. Cepatnya laju vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dan stimulus fiskal yang bakal dilontorkan membuat pengusaha dan rumah tangga di Negeri Adidaya yakin bahwa prospek ekonomi akan cerah.

Akan tetapi, optimisme ini kemudian malah menjadi pelecut semangat dolar AS. Pada pukul 08:01 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.

Maklum, pemulihan ekonomi AS yang semakin terkonfirmasi dari hari ke hari menandakan bahwa permintaan mulai bergeliat. Peningkatan permintaan akan memunculkan tekanan inflasi, sehingga membuka ruang bagi The Fed untuk mulai mengetatkan kebijakan moneter, salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan. Saat suku bunga acuan benar-benar naik, maka berinvestasi di aset berbasis dolar AS (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan ikut terangkat.

"Pada awal tahun, konsensus di pasar adalah posisi short (jual) untuk dolar AS. Sekarang konsensus itu tidak berlaku lagi. Bahkan pelaku pasar menyadari bahwa ada kemungkinan dolar AS masih akan menguat pada kuartal berikutnya," kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berkedudukan di Toronto (Kanada), seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular