Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah justru melemah di perdagangan pasar spot.
Pada Senin (29/3.2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.434. Rupiah menguat 0,08% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di pasar spot, rupiah malah merah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.430 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kala pembukaan pasar spot, rupiah stagnan di Rp 14.410/US$. Mata uang Ibu Pertiwi sempat menguat tipis 0,03%, tetapi ternyata sangat sebentar. Rupiah kini menapaki jalur merah.
Namun rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang utama Asia pun berjalan di jalur merah, sejauh ini hanya rupee India, yen Jepang, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:03 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Ekonomi AS Terus Membaik
Apa boleh buat, dolar AS memang masih terlalu kuat. Pada pukul 09:16 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.
Dolar AS belum bosan menanjak. Dalam sepekan terakhir Dollar Index melesat 1,14%, dan sejak akhir 2020 (year-to-date) meroket 3,17%.
"Dolar AS terbantu oleh pemulihan ekonomi yang cepat, vaksinais anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang fantastis, dan pasar yang positif. Ekonomi domesik AS akan semakin membaik dalam bulan-bulan ke depan, yang membuat penguatan dolar AS terus terjadi," kata Imre Speizer, Currency Analyst di Westpac, seperti dikutip dari Reuters.
Akhir pekan ini, US Bureau of Labor Statistics akan merilis data ketenagakerjaan AS periode Maret 2021. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi AS menciptakan 655.000 lapangan kerja non-pertanian bulan ini. Jauh lebih tinggi ketimbang Februari 2021 yang sebanyak 379.000.
Seiring pembukaan lapangan kerja yang semakin masif, angka pengangguran pun bisa ditekan. Konsensus Reuters memperkirakan tingkat pengangguran Negeri Paman Sam pada Maret 2021 di 6%, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 6,2%. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) memperkirakan tingkat pengangguran pada akhir 2021 di 4,5%.
Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi di AS Fantastis!
Situasi ini bisa terjadi karena AS begitu cepat dalam menggelar vaksinasi anti-virus corona. Presiden AS Joseph 'Joe' Biden memang punya target tinggi dalam hal vaksinasi. Saat jumpa pers Gedung Putih pekan lalu, pengganti Donald Trump itu yakin bisa menyuntikkan 200 juta dosis vaksin anti-virus corona dalam 100 hari pertama pemerintahannya.
Our World in Data melaporkan, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Adidaya per 27 Maret 2021 mencapai 140,18 juta dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi adalah 2,68 juta dosis per hari. So, target Biden bisa tercapai jika laju vaksinasi bisa dijaga di level yang sekarang, apalagi kalau bisa ditingkatkan.
Sementara di Eropa, yang kini menjadi sorotan, kondisinya sedang tidak menggembirakan. Penggunaan vaksin bikinan AstraZeneca-Universitas Oxford ditangguhkan di berbagai negara Benua Biru karena kekhawatiran soal efek samping seperti pembekuan darah (blood clotting).
Eropa pun terserang apa yang disebut gelombang serangan ketiga (third wave outbreak). Akibatnya, berbagai negara besar seperti Jerman, Prancis, dan Belanda kembali menerapkan karantina wilayah alias lockdown.
Oleh karena itu, jangan senang dulu saat jumlah pengangguran di AS turun dan vaksinasi semakin cepat. Sebab di bagian bumi yang lain, situasinya masih penuh keprihatinan. Ini akan menjadi risiko bagi pemulihan ekonomi global yang kemudian menyebabkan instabilitas di pasar keuangan sehingga investor belum terlalu masuk ke pasar negara-negara berkembang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA