
Bandar Sadis Nih! Saham Bank Mini Dihajar Tanpa Ampun

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham bank-bank mini (bank bermodal 1-5 triliun) kembali berguguran pada perdagangan sesi pertama Kamis (25/3/2021) pagi. Bahkan, ada empat saham bank mini yang kembali menyentuh level auto rejection bawah-nya (ARB) pada pagi hari ini.
Para pelaku pasar tampaknya mulai ramai-ramai meninggalkan saham bank bermodal 'cekak' ini dalam sepekan terakhir.
Walaupun dalam sepekan saham bank mini sudah memburuk hingga hampir 30%, namun dalam sebulan terakhir saham bank mini masih menunjukkan eksistensinya, di mana rata-rata masih melesat di atas 30%, bahkan masih ada yang melesat hingga ratusan persen selama sebulan terakhir.
Berikut gerak saham bank mini selama sepekan dan sebulan terakhir.
Tercatat setidaknya ada 6 saham bank mini yang sepekan terakhir sudah ambrol hampir 30% namun masih melesat dalam sebulan terakhir.
Di posisi pertama ada saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA). Pada perdagangan sesi I hari ini, saham BNBA kembali ambles hingga 6,87% ke level Rp 2.170/unit dan otomatis terkena level ARB-nya.
Selama sepekan, saham BNBA sudah terjatuh hingga 30% atau lebih tepatnya 29,77%. Namun dalam sebulan terakhir, saham BNBA masih melesat hingga 58,4%.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham BNBA pagi ini mencapai Rp 136 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 62 ribu lembar saham. Selama sepekan, nilai transaksi BNBA sudah mencapai Rp 6,2 miliar dan dalam sebulan terakhir sudah mencapai Rp 1 triliun.
Dalam sepekan, investor asing masih memborong saham BNBA sebanyak Rp 50 juta di pasar reguler. Namun dalam sebulan terakhir, asing melepas BNBA sebesar Rp 18,9 miliar di seluruh pasar.
Selanjutnya di posisi kedua terdapat saham PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS). Saham BMAS sendiri ambrol hingga 6,99% ke posisi Rp 865/unit pada perdagangan sesi I pagi hari ini dan tentunya juga terkena level ARB.
Selama seminggu terakhir, saham BMAS sudah terjatuh hingga 29,39%. Walaupun sepekan terpuruk, namun dalam sebulan terakhir, saham BMAS masih cukup eksis, yakni melesat hingga 73,7%.
Tercatat nilai transaksi saham BMAS pagi ini mencapai Rp 15 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 18 ribu lembar saham. Selama sepekan, nilai transaksi BNBA sudah mencapai Rp 172 juta dan dalam sebulan terakhir sudah mencapai Rp 6,9 miliar. Dalam sebulan terakhir, asing mengoleksi saham BMAS cukup kecil, yakni sebesar Rp 14 juta.
Sedangkan di posisi terakhir atau keenam diduduki oleh saham PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), di mana pada perdagangan sesi I hari ini, saham BKSW juga anjlok 6,92% ke Rp 296/unit dan juga terkena ARB.
Selama sepekan, amblesnya saham BKSW masih lebih baik, yakni sebesar 6,92%. Bahkan dalam sebulan terakhir, saham BKSW masih meroket hingga hampir 200% atau lebih tepatnya 185%.
Adapun nilai transaksi saham BKSW pagi ini mencapai Rp 16 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 55 ribu lembar saham. Selama sepekan, nilai transaksi BNBA sudah mencapai Rp 16,4 juta dan dalam sebulan terakhir sudah mencapai Rp 249 miliar. Dalam sebulan terakhir, asing mengoleksi saham BMAS sebesar Rp 192 juta.
Kenaikan saham bank mini akhir-akhir ini didorong oleh sentimen narasi bank digital dan aturan pemenuhan modal inti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK No 12/2020.
Peraturan tersebut mengharuskan bank untuk memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022. Dengan aturan tersebut, bank-bank dengan modal mini harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal.
Sejumlah bank mini sudah memberikan tanggapan terkait isu bank digital melalui keterbukaan informasi di website BEI. BBHI, BACA dan BBYB, misalnya, berencana untuk masuk ke bank digital.
Namun, ada juga sejumlah bank mini lainnya yang menyangkal akan bertransformasi menjadi bank digital, seperti BGTG dan Bank Maspion (BMAS). Adapun ARTO dan AMAR sudah tercatat menjadi bank digital saat ini.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Musim Berburu Bank Mini