
Happy Cuan! Saham Raksasa Batu Bara RI Ngegas Saat IHSG Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham pertambangan batu bara kembali bergeliat pada perdagangan awal pekan Senin (22/3/2021), setelah harga komoditas batu bara ditutup melesat pada perdagangan akhir pekan lalu.
Saham batu bara sendiri sempat bergerak melemah pada perdagangan akhir pekan lalu, karena aksi jual investor setelah sehari sebelumnya juga menguat cukup tinggi.
Simak pergerakan saham batu bara pada perdagangan sesi I pukul 09:12 WIB hari ini.
Berdasarkan data dari RTI pada pukul 09:12 WIB, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) menduduki posisi pertama penguatan saham batu bara pada perdagangan sesi I hari ini. Saham INDY sudah melesat hingga 7,21% ke level Rp 1.635/unit pada pukul 09:12 WIB pagi hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham INDY pagi ini telah mencapai Rp 29 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 18 juta lembar saham. Tercatat nvestor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebanyak Rp 2,4 miliar di pasar reguler pagi hari ini.
Selanjutnya, di posisi kedua terdapat saham batu bara Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang juga melesat 4,84% ke level Rp 65/unit pada perdagangan sesi I pagi hari ini.
Tercatat nilai transaksi BUMI sudah mencapai Rp 25 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 388 juta lembar saham. Walaupun sahamnya berhasil menguat kembali, namun asing pagi ini sudah melepas saham BUMI sebesar Rp 1,3 miliar di pasar reguler.
Sedangkan penguatan paling minor masih dibukukan oleh saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang menguat 1,92% ke posisi Rp 1.325/unit pada perdagangan sesi I pukul 09:12 WIB.
Adapun nilai transaksi ADRO sudah mencapai Rp 95 miliar pagi ini dan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 72 juta lembar saham. Sejalan dengan kenaikan sahamnya, asing juga mengoleksi saham ADRO sebanyak Rp 416 juta di pasar reguler pagi ini.
Penguatan kembali saham batu bara terjadi setelah harga komoditas batu bara ditutup melesat pada perdagangan Jumat (19/3/2021) akhir pekan lalu.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga batu bara termal ICE Newcastle untuk kontrak yang aktif diperdagangkan resmi menyentuh level US$ 93,8/ton atau melesat 4,22%. Bahkan sepanjang pekan lalu, harga batu bara tersebut sudah melesat hingga 7% atau lebih tepatnya 6,89%.
Kenaikan harga batu bara mengekor naiknya harga batu bara domestik China. Di pasar batu bara domestik Cina, harga spot Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik untuk dua minggu berturut-turut minggu lalu.
Harga acuan spot batu bara dengan kalori 5.500 kcal naik 4,9% menjadi RMB 638/ton. Apresiasi tersebut membuat harga batu bara domestik China tetap di atas batas atas yang disebut 'zona hijau' sebesar RMB 500 - RMB 570 per ton.
Zona hijau adalah rentang sasaran harga informal yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang bertujuan untuk memastikan profitabilitas produsen batu bara domestik marjinal serta produsen listrik.
Otoritas China telah mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang melesat tajam, sementara pelonggaran kontrol impor (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia) juga telah disetujui sejak pertengahan Desember.
Hubungan Australia dengan China memang belum menemukan resolusi. Menurut kabar terbaru, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkata setiap tindakan China untuk tidak mengimpor batu bara berkualitas tinggi asal Australia hanya akan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak.
Hubungan Negeri Kanguru dan Negeri Panda yang belum akur sebenarnya akan menguntungkan untuk para penambang dan eksportir batu bara asal Indonesia mengingat China adalah mitra dagang utama RI.
Ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara Indonesia bulan Februari secara volume turun 11% (mom) dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Februari sebesar 34,2 juta ton sementara di bulan sebelumnya ekspor mencapai 38,5 juta ton.
Namun akibat adanya kenaikan harga batu bara, penurunan volume diimbangi dengan kenaikan total nilai ekspornya. Berdasarkan data BPS, total ekspor bahan bakar mineral RI bulan lalu mencapai US$ 1,97 miliar atau naik 4,92% dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,88 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serbu! Harga Saham Batu Bara Ijo Royo-royo, Komoditasnya Naik