Saham Batu Bara Kena 'Gebuk', Saat Komoditasnya Naik Tinggi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 March 2021 10:18
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat bergeliat pada perdagangan Kamis (18/3/2021) kemarin, saham batu bara pada perdagangan sesi pertama Jumat (19/3/2021) hari ini berbalik ke zona pelemahan.

Hal ini terjadi karena investor mulai mengambil keuntungan dari kenaikan saham batu bara yang sudah terjadi dalam beberapa hari belakangan.

Padahal, untuk harga komoditas batu baranya sendiri masih mengalami penguatan, bahkan pada penutupan perdagangan kemarin harga batu bara sudah tembus di level harga US$ 90/ton.

Simak pergerakan saham batu bara pada perdagangan sesi I pukul 09:35 WIB hari ini.

Berdasarkan data dari RTI pada pukul 09:35 WIB, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) menduduki posisi pertama pelemahan saham batu bara pada perdagangan sesi I hari ini. Saham HRUM pun ambles 2,78% ke level Rp 5.250/unit pada pukul 09:35 WIB pagi hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham HRUM pagi ini telah mencapai Rp 7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1 juta lembar saham. Tercatat nvestor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebanyak Rp 1,6 miliar di pasar reguler pagi hari ini.

Selanjutnya, di posisi kedua terdapat saham batu bara Grup Northstar, PT Delta Dunai Makmur Tbk (DOID) yang ambrol hingga 2,42% ke level Rp 404/unit pada perdagangan sesi I pagi hari ini. Padahal pada perdagangan kemarin, saham DOID menjadi saham batu bara yang menguat paling tinggi diantara saham batu bara lainnya.

Tercatat nilai transaksi DOID sudah mencapai Rp 81 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 197 juta lembar saham. Walaupun sahamnya ambles hari ini, namun asing masih mengoleksi saham DOID sebesar Rp 14 miliar di pasar reguler.

Sedangkan penguatan paling minor masih dibukukan oleh saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang terkoreksi 1,18% ke posisi Rp 1.255/unit pada perdagangan sesi I pagi hari ini.

Adapun nilai transaksi ADRO sudah mencapai Rp 59,3 miliar pagi ini dan volume transaksi yang diperdagangkan mencapai 48,3 juta lembar saham. Asing pun melepas saham ADRO di pasar reguler sebesar Rp 6,5 miliar.

Pelemahan saham batu bara terjadi di tengah masih menguatnya harga batu bara acuan dunia. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga batu bara termal ICE Newcastle untuk kontrak yang aktif diperdagangkan resmi menyentuh level US$ 90/ton atau menguat 0,61%.

Kenaikan harga batu bara mengekor naiknya harga batu bara domestik China. Di pasar batu bara domestik Cina, harga spot Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik untuk dua minggu berturut-turut minggu lalu.

Harga acuan spot batu bara dengan kalori 5.500 kcal naik 4,9% menjadi RMB 638/ton. Apresiasi tersebut membuat harga batu bara domestik China tetap di atas batas atas yang disebut 'zona hijau' sebesar RMB 500 - RMB 570 per ton.

Otoritas China telah mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang melesat tajam, sementara pelonggaran kontrol impor (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia) juga telah disetujui sejak pertengahan Desember.

Hubungan Australia dengan China memang belum menemukan resolusi. Menurut kabar terbaru, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkata setiap tindakan China untuk tidak mengimpor batu bara berkualitas tinggi asal Australia hanya akan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Hubungan Negeri Kanguru dan Negeri Panda yang belum akur sebenarnya akan menguntungkan untuk para penambang dan eksportir batu bara asal Indonesia mengingat China adalah mitra dagang utama RI.

Ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara Indonesia bulan Februari secara volume turun 11% (mom) dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Februari sebesar 34,2 juta ton sementara di bulan sebelumnya ekspor mencapai 38,5 juta ton.

Namun akibat adanya kenaikan harga batu bara, penurunan volume diimbangi dengan kenaikan total nilai ekspornya. Berdasarkan data BPS, total ekspor bahan bakar mineral RI bulan lalu mencapai US$ 1,97 miliar atau naik 4,92% dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,88 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Serbu! Harga Saham Batu Bara Ijo Royo-royo, Komoditasnya Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular