
Duh! Laba PTPP di 2020 Ambles 84%, Sahamnya Sudah Jeblok 13%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham perusahaan konstruksi pelat merah, PT PP Tbk (PTPP) sudah terkoreksi sebesar 10,19% di level Rp 1.630/saham dalam sebulan terakhir terhitung hingga Rabu sore ini (17/3/2021). Sejak awal tahun atau year to date, sahamnya minus hingga 13%.
Koreksi dalam saham PTPP bersamaan dengan koreksi saham-saham konstruksi BUMN lainnya seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang juga ambles 13,25% dalam sebulan terakhir. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sebulan terakhir turun tipis 0,24% di level 6.277.
Data BEI mencatat, pada perdagangan Rabu ini, saham PTPP memang masih naik dalam sehari, yakni 4,82% bersamaan dengan saham konstruksi BUMN lainnya seiring dengan sentimen relaksasi tarif pajak penghasilan (PPh) final jasa konstruksi.
Relaksasi dalam Keputusan Presiden (Keppres) 4/2021 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah ini diteken diteken Presiden Jokowi pada 8 Maret 2021.
Mengacu data BEI, saham PTPP hari ini ditransaksikan Rp 144 miliar dengan volume perdagangan 88,88 juta saham. Sepekan sahamnya naik 6,19%, sebulan terkoreksi 10,19%, dan sejak awal tahun (year to date/YTD) saham PTPP ambles nyaris 13% atau tepatnya 12,6%.
Investor asing bahkan melego saham PTPP sebesar Rp 34,46 miliar dalam sebulan terakhir, dan YTD asing kabur Rp 40 miliar di pasar reguler.
Perusahaan baru melaporkan kinerja keuangan 2020 di BEI pada Rabu ini. Mengacu laporan keuangan, pada akhir 2020 lalu, induk usaha PT PP Properti Tbk (PPRO) ini terpaksa membukukan penurunan laba bersih yang tajam hingga 84,28% secara tahunan (year on year/YoY).
Tahun lalu, laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 128,75 miliar, jatuh dari posisi akhir 2019 yang senilai Rp 819,46 miliar.
Nilai laba bersih per saham juga turun jauh dari sebelumnya Rp 132 menjadi sebesar Rp 21.
Turunnya laba bersih ini disebabkan karena pendapatan perusahaan juga mengalami kontraksi 32,84% YoY menjadi sebesar Rp 15,83 triliun. Nilai ini turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 23,57 triliun.
Penurunan pendapatan ini juga menurunkan beban pokok pendapatan menjadi senilai Rp 13,65 triliun dari sebelumnya Rp 20,25 triliun. Beban usaha juga ikut turun menjadi Rp 583,70 miliar, dari posisi Rp 820,87 miliar.
Namun sepanjang tahun lalu terjadi penurunan nilai mencapai Rp 288,62 miliar, naik dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp 190,50 miliar. Ini berasal dari dari piutang dan tagihan bruto, aset migas, dan aset keuangan proyeksi.
Kemudian, ada laba atas divestasi entitas anak dan investasi lainnya berkurang menjadi Rp 7,67 miliar dari Rp 92,59 miliar.
Lalu beban keuangan juga mengalami penambahan menjadi Rp 894,58 miliar dari sebelumnya Rp 782,15 miliar.
Bagian dari laba ventura bersama naik menjadi Rp 449,91 miliar dari sebelumnya Rp 200,19 miliar. Sedangkan bagian rugi dari entitas asosiasi malah naik menjadi Rp 214,44 miliar dari Rp 136,82 miliar.
Pendapatan lainnya pada akhir Desember 2020 bertambah menjadi Rp 61,81 miliar dari Rp 281,27 miliar. Namun beban lainnya juga ikut naik menjadi Rp 255,82 miliar dari Rp 125,75 miliar.
Pada periode tersebut, tercatat nilai aset PTPP menjadi sebesar Rp 53,47 triliun, mengalami pengurangan dari posisi akhir 2019 yang senilai Rp 56,13 triliun. Aset lancar tercatat mencapai Rp 33,92 triliun dan aset tak lancar sebesar Rp 19,54 triliun.
Di pos liabilitas, terjadi penurunan sepanjang tahun lalu menjadi Rp 39,46 triliun dari sebelumnya Rp 41,11 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 27,98 triliun dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka Rp 11,47 triliun.
Ekuitas perusahaan di akhir 2020 lalu mencapai Rp 14,006 triliun, turun tipis dari posisi akhir Desember 2019 yang sebesar Rp 15,01 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! PTPP Dapat Sentimen Super Positif dari SWF Awal 2021
