Enough is Enough! Sudah Lama Tertindas, Rupiah Melawan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2021 09:12
Topik_Dollar dan Rupiah_Kecil
CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Maklum, rupiah memang sudah melemah cukup dalam sehingga berpotensi mencetak technical rebound.

Pada Selasa (16/3/2021), US$ 1 dihargai Rp 14.380 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,1% di hadapan dolar AS. Mata uang Tanah Air nyaris menyentuh level Rp 14.400/US$.

Rupiah memang sedang menjalani periode buruk. Sejak 26 Februari 2021 hingga kemarin, rupiah sudah anjlok 2,24% secara point-to-point. Secara year-to-date, pelemahan rupiah mencapai 2,53%.

Dengan depresiasi yang sudah begitu dalam, rasanya sudah cukup buat rupiah untuk terus tertekan. Akan datang saatnya rupiah bangkit, karena sudah jatuh terlalu lama.

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Bergairah, Asia Semringah

Selain itu, faktor eksternal juga mendukung penguatan rupiah. Investor sepertinya sedang berani mengoleksi aset-aset berisiko, terlihat di bursa saham New York yang ditutup hijau.

Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir menguat 0,53%, S&P 500 naik 0,65%, dan Nasdaq Composite melesat 1,05%. DJIA dan S&P 500 membukukan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Pelaku pasar bergairah karena ada ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. The Fed akan menggelar rapat bulanan yang hasilnya akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Selain suku bunga acuan, The Fed juga akan melaporkan proyeksi ekonomi terbaru mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, angka pengangguran, dan sebagainya.

Dalam proyeksi edisi Desember 2020, The Fed memperkirakan ekonomi AS tumbuh 4,2% tahun ini. Sementara inflasi diperkirakan 1,8% dan angka pengangguran di 5%.

fedSumber: FOMC

"Kabar positif dari vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami memperkrakan sektor yang tertekan selama pandemi seperti keuangan dan energi akan bangkit," tegas Greg Bassuk, CEO AXS Investments, seperti dikutip dari Reuters.

Gairah di Wall Street itu kemudian menular ke Asia. Investor berani masuk ke pasar keuangan Benua Kuning, yang kemudian meningkatkan permintaan mata uang kawasan, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular