
Enough is Enough! Sudah Lama Tertindas, Rupiah Melawan

Selain itu, faktor eksternal juga mendukung penguatan rupiah. Investor sepertinya sedang berani mengoleksi aset-aset berisiko, terlihat di bursa saham New York yang ditutup hijau.
Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir menguat 0,53%, S&P 500 naik 0,65%, dan Nasdaq Composite melesat 1,05%. DJIA dan S&P 500 membukukan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Pelaku pasar bergairah karena ada ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. The Fed akan menggelar rapat bulanan yang hasilnya akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Selain suku bunga acuan, The Fed juga akan melaporkan proyeksi ekonomi terbaru mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, angka pengangguran, dan sebagainya.
Dalam proyeksi edisi Desember 2020, The Fed memperkirakan ekonomi AS tumbuh 4,2% tahun ini. Sementara inflasi diperkirakan 1,8% dan angka pengangguran di 5%.
![]() |
"Kabar positif dari vaksinasi anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) dan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami memperkrakan sektor yang tertekan selama pandemi seperti keuangan dan energi akan bangkit," tegas Greg Bassuk, CEO AXS Investments, seperti dikutip dari Reuters.
Gairah di Wall Street itu kemudian menular ke Asia. Investor berani masuk ke pasar keuangan Benua Kuning, yang kemudian meningkatkan permintaan mata uang kawasan, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
