Analisis

Masuk Geng Big Cap Gak Jaminan! Contohnya Nasib Saham Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
15 March 2021 07:04
Orang Terkaya ke-3 Prajogo Pangestu (Ist Barito-Pasific.com)
Foto: Doc.Chandra Asri

Dalam risetnya pada 2 Februari 2021, Bahana Sekuritas meyakini, spread produk petrokimia, seperti olefin, akan bertahan dengan baik sepanjang tahun ini.

Sekadar informasi, produk turunan utama olefin adalah adalah ethylene, yang menjadi produk andalan TPIA.

Prediksi di atas didukung oleh tiga faktor. Pertama, hal tersebut ditopang oleh permintaan yang meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 diharapkan bisa meningkatkan penjualan barang-barang konsumen.

Menurut Bahana, dengan peningkatan permintaan barang konsumen tersebut, konsumsi bahan kimia diharapkan ikut mendongkrak.

Selain itu, faktor lainnya, berkaitan dengan pembatasan sosial serta mobilitas orang sebagai akibat dari tingginya jumlah kasus Covid-19 di negara-negara besar.

Pembatasan sosial akibat pandemi ini masih akan menunda ekspansi proyek petrokimia serta mengakibatkan kendala dalam pengiriman produk.

Ketiga, Bahana juga memperkirakan bahwa harga naphtha akan tetap stabil di kisaran US$ 356/metrik ton. Ini terjadi seiring margin kilang yang relatif rendah dan harga minyak mentah yang rendah.

Sementara, harga polietilena diperkirakan berada di angka US$ 1.001/metrik ton pada tahun ini.

Adapun Bahana memprediksi, terjadi kenaikan pendapatan TPIA menjadi US$ 2,02 miliar dan laba bersih US$ 102 juta pada tahun ini.

Bahana Sekuritas menyarankan hold untuk TPIA dengan target harga Rp 9.200 pada tahun ini.

Secara umum, risiko yang mungkin mempengaruhi rekomendasi di atas, yakni kemungkinan ekspansi supply yang lebih cepat dari perkiraan dan pemulihan permintaan (demand) yang lebih lambat.

Selain itu, kenaikan harga minyak yang signifikan pada tahun ini juga bisa menjadi faktor penentu lainnya.

Di sisi lain, CNBC Indonesia mencatat ada satu sentimen bagi TPIA yakni penggabungan usaha atau merger dengan entitas anak, PT Styrindo Mono Indonesia (SMI) yang efektif pada 1 Januari lalu.

"Penggabungan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha CAP dan oleh karenanya akan menguntungkan seluruh pemangku kepentingan," tulis manajemen Chandra Asri, dalam prospektusnya.

Per November 2020, komposisi terbesar pemegang saham TPIA masih digenggam oleh Barito Pacific 41,88% dan SCG Chemicals Company Limited sebesar 30,57%. Selanjutnya, Prajogo Pangestu dan Marigold Resources Pte masing-masing sebesar 15,07% dan 4,75%. Sedangkan, pemegang saham publik sebesar 7,73%.

SMI merupakan perusahaan anak TPIA yang fokus pada industri pengolahan dan perdagangan besar. SMI adalah satu-satunya manufaktur styrene monomer di Indonesia hingga saat ini dengan kapasitas produksi 340 KTA (kilo ton per tahun). Berlokasi di Bojonegara, Serang, Banten, yang berjarak 40 km dari fasilitas pabrik CAP.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular