Top Rupiah! Jadi Juara Asia Saat Dolar AS Kembali Perkasa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 March 2021 16:00
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (12/3/2021), bahkan menjadi juara alias yang terbaik di Asia. Aliran modal yang kembali masuk ke dalam negeri membuat rupiah mampu menguat saat dolar AS bangkit dari tekanan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,45% di Rp 14.330/US$. Penguatan rupiah terakselerasi hingga 0,66% di Rp 14.300/US$, tetapi sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari ini.

Perlahan-lahan penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,1% di Rp 14.380/US$. Rupiah juga mengakhiri di level tersebut.

Meski penguatan terpangkas cukup banyak, tetapi dibandingkan mata uang utama Asia, rupiah menjadi yang terbaik. Sebab, mayoritas mata uang utama Asia melemah, hanya peso Filipina yang menguat menemani rupiah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Masuknya aliran modal di dalam negeri terlihat dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN). Yield SBN tenor 10 tahun hari ini turun 5,7 basis poin ke 6,666%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun maka harganya sedang naik, begitu juga sebalinya. Saat harga sedang naik, artinya sedang ada aksi beli.

Aksi beli tersebut menjadi indikasi masuknya aliran modal ke pasar obligasi.

Sentimen pelaku pasar yang membaik, hingga kembali mengalirkan modalnya ke negara emerging market terjadi salah satunya dipicu oleh bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengambil langkah guna meredam kenaikan yield obligasi.

Dalam pengumuman hasil rapat kebijakan moneter Kamis kemarin, ECB menyatakan akan meningkatkan pembelian aset seperti obligasi (Quantitative Easing/QE) di kuartal II-2021 nanti.

"Berdasarkan penilaian bersama mengenai kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur mengharapkan pembelian aset melalui PEPP di kuartal selanjutnya akan lebih tinggi ketimbang bulan pertama tahun ini," tulis ECB dalam rilisnya usai rapat kebijakan moneter, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (11/3/2021).

Dengan nilai pembelian obligasi yang ditingkatkan, yield-nya tentunya akan menurun. Kenaikan yield yang dimulai di AS (Treasury) membuat sentimen pelaku pasar memburuk belakangan ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Indeks Dolar AS Bangkit Lagi

Falta melemahnya mayoritas mata uang utama Asia menunjukkan dolar AS sedang kuat lagi. Indeks dolar AS akhirnya bangkit lagi pada perdagangan hari ini, setelah melemah dalam 3 hari beruntun. Kebangkitan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut membuat rupiah memangkas penguatan hari ini.

Kamis kemarin, indeks dolar AS turun 0,44%, bahkan dalam 2 hari sebelumnya juga turun dengan total 0,53%. Sementara sore ini, indeks dolar AS berbalik naik 0,34% ke 91,733.

Yield obligasi (Treasury) AS yang naik 6,61 basis poin ke 1,5931% menjadi pemicu bangkitnya indeks dolar AS.

Pergerakan kedua aset tersebut menunjukkan pelaku pasar masih berhati-hati, melihat kondisi pasar saat ini.

Seperti disebutkan sebelumnya, ECB berkomitmen menambah nilai QE guna meredam kenaikan yield obligasi. Pelaku pasar kini menanti bank sentral AS (The Fed) akan melakukan hal yang sama.

Ketua The Fed, Jerome Powell, pada rapat kebijakan moneter 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Mark Cabana, ahli strategi suku bunga di Bank of America Global Research, mengatakan Operation Twist merupakan kebijakan yang sempurna untuk meredam gejolak di pasar obligasi.

"Operation Twist, dengan menjual obligasi tenor rendah dan membeli tenor panjang secara simultan adalah kebijakan yang sempurna menurut pandangan kami," kata Cabana, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (1/3/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular