
Yield Obligasi Pemerintahan Biden Turun, Apa Ngaruhnya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar sedikit bisa bernafas lega selepas Sentimen positif menghiasi pasar, termasuk di dalam negeri di mana rupiah akhirnya bisa menguat terhadap dolar AS.
Bagaimana dampak ke pasar Surat Berharga Negara (SBN)?
"Ini kita monitor karena berdampak ke yield SBN kita," ungkap Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan dalam webinar virtual, Rabu (10/3/2021).
Pasar obligasi hari ini, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terlihat stagnan, setelah sempat naik tajam kemarin dan di awal pekan
Deni mengakui pergerakan tersebut memang masih dini untuk dijadikan dasar penilaian dalam rencana penerbitan. Akan lebih baik untuk menunggu kepastian dari The Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung minggu depan.
"Dari lelang 2 terakhir, market masih wait and see untuk tunggu statement lebih pas terkait kenaikan yield UST," jelasnya. Sejak pertengahan bulan lalu realisasi dari lelang SBN cukup rendah.
Diketahui, ekonomi AS diproyeksikan pulih lebih cepat seiring dengan kebijakan fiskal yang ekspansif dan mendorong kenaikan inflasi. Hal ini dispekulasikan pada kemungkinan Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan.
Lebih buruk lagi, para investor mulai membicarakan isu taper tantrum kembali terulang. Ada yang mengira isu tersebut masih terlalu prematur, namun tak sedikit yang mulai mengambil ancang-ancang.
Strategi Pembiayaan 2021
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 ditetapkan sebesar Rp 1.006,4 triliun atau 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Deni mengatakan, pembiayaan utang masih akan sama dengan tahun sebelumnya yakni melalui penerbitan SBN dan pinjaman.
"Pembiayaan akan dilakukan dengan dua sumber utama, penerbitan SBN dan dari pinjaman atau loan," ujarnya.
Namun, pembiayaan utang ini dipastikan akan dilakukan secara terstruktur dan penuh dengan kehati-hatian. Ini untuk memitigasi terjadinya risiko di kemudian hari.
Untuk penerbitan SBN, Kementerian Keuangan akan fokus pada SBN Rupiah dengan tenor jangka menengah panjang. Porsi SBN masih akan mendominasi utang Pemerintah ke depannya.
Salah satu yang masih akan dilakukan Pemerintah di tahun ini adalah penerbitan SBN Ritel dengan targetnya sekitar Rp 70 triliun - Rp 80 triliun. Langkah ini diharapkan bisa memperluas partisipasi masyarakat terutama milenial untuk membantu negara.
"SBN Rupiah porsinya 80%-85%. Sedangkan SBN valas untuk pelengkap menghindari crowding fund effect, dan proporsi 12-15%," jelasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Optimisme Kian Mengkristal, SBN Tenor Panjang Kompak Menguat