
Saham Nikel Mulai Bangkit, Ada Cerita Apa Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa saham pertambangan nikel kembali bergairah pada awal perdagangan sesi I Rabu (10/3/2021), setelah beberapa hari mengalami pelemahan.
Sentimen positif yang masih hadir dan menjadi pendorong pembalikan harga saham nikel adalah rencana pembentukan holding perusahaan baterai di Indonesia yang akan terbentuk paling lambat Juli tahun ini.
Simak pergerakan saham nikel pada awal perdagangan sesi I hari ini atau pada pukul 09:10 WIB.
Sebelumnya dari beberapa saham nikel, trio saham nikel yakni PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sempat menjadi top losers selama sepekan terakhir dan sahamnya anjlok hingga lebih dari 14%.
Pada awal perdagangan sesi I hari ini, saham TINS dan ANTM kembali berbalik arah ke zona hijau, sementara untuk saham INCO masih berkutat di zona merah.
Saham TINS sendiri menjadi saham nikel yang penguatannya cukup tinggi pada awal perdagangan sesi I hari ini. Saham TINS melesat 1,7% ke level Rp 1.790/unit pada pukul 09:10 WIB.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi TINS pagi ini telah mencapai Rp 14 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 8 juta lembar saham. Namun, investor asing kembali melepas saham TINS di pasar reguler sebanyak Rp 2,15 miliar pada pagi hari ini.
Di posisi kedua terdapat saham ANTM yang melonjak 1,35% ke posisi Rp 2.260/unit pada awal perdagangan sesi I hari ini.
Nilai transaksi ANTM pagi ini sudah mencapai Rp 50 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 22 juta lembar saham. Seperti saham TINS, investor asing yang sebelumnya mengoleksi saham ANTM, hari ini kembali dilepas sebanyak Rp 92,16 juta di pasar reguler.
Selanjutnya di posisi ketiga diduduki oleh saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang menguat 1% ke Rp 5.050/unit pada pukul 09:10 WIB pagi ini.
Tercatat nilai transaksi HRUM mencapai Rp 2 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 520 ribu lembar saham. Tak seperti saham TINS dan ANTM, investor asing sudah memborong saham HRUM sebanyak Rp 1,07 miliar di pasar reguler pada pagi hari ini.
Adapun untuk saham INCO pada awal perdagangan sesi I hari ini masih cenderung volatil, di mana pada pukul 09:10 WIB, saham INCO sempat melemah 0,44% ke Rp 4.530/unit. Namun sekitar 32 menit setelah pasar dibuka, saham INCO kembali menguat 0,22% ke Rp 4.560/unit.
Adapun nilai transaksi INCO sudah mencapai Rp 58 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 13 juta lembar saham.
Seperti pada sebelum-sebelumnya, memang trio saham nikel masih dilepas oleh asing, di mana asing masih melepas saham INCO sebanyak Rp 4,93 miliar di pasar reguler pada pagi hari ini.
Sentimen dari rencana pembentukan holding PT Industri Baterai Indonesia (IBI) masih menjadi sentimen positif bagi saham-saham nikel.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan holding perusahaan baterai di Indonesia akan terbentuk paling lambat Juli 2021.
Kementerian BUMN memang tengah membentuk konsorsium sejumlah perusahaan BUMN untuk membangun industri baterai terintegrasi dari hulu sampai hilir, namanya PT Industri Baterai Indonesia (IBI).
Ada empat BUMN yang terlibat dari kepemilikan holding BUMN baterai ini dengan masing-masing kepemilikan saham 25%. Mulai dari PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT PLN (Persero) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID,
Sebagai gambaran, PT IBI direncanakan bisa membuat baterai listrik hingga total berdaya 195 giga watt (GW) dengan mengonsumsi 150 ribu ton nikel per tahun. Tapi pada tahapan pertama dipatok hanya 33 GW produksi baterai listrik hingga 2030.
"Nilai investasi kalau 33 GW hingga 2030 itu sekitar US$ 13 miliar. Jika kapasitas naik 70% atau 140 GW pada tahap kedua, nilai investasi bisa mencapai US$ 17 miliar. Ini investasi juga dengan mitra luar negeri," jelas Komisaris Utama MIND ID, Agus Tjahajana Wirakusumah, dalam program 'Zooming With Primus: Prospek Pembentukan Holding Baterai' yang juga ditayangkan dalam kanal YouTube BeritaSatu, dikutip Selasa (9/3/2021).
Perusahaan ini juga akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID atau Inalum yakni ANTM dan PT Timah Tbk (TINS).
Adapun MIND ID juga memiliki 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang bergerak di tambang nikel dan sudah diakuisisi tahun lalu.
Tidak hanya berhenti dalam pembangunan pabrik baterai, namun pengembangan PT IBI ini juga akan membangun pabrik daur ulangnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto. Dia mengatakan Indonesia bakal mendaur ulang baterai dan sampah nikel lainnya.
"Sudah lengkap, ada tambang, bukan hanya itu saya ada juga recycling," paparnya dalam acara Future Energy Tech and Innovation Forum 2021 yang diselenggarakan Katadata secara virtual, Senin, (08/03/2021).
Jika cadangan sudah habis maka bisa didaur ulang, dan persentase yang bisa didaur ulang menurutnya sangat baik yakni mencapai 99% recovery dari metalnya.
"Ada pengolahan, smelting, recycle sudah mulai membangun, ini penting kalau habis punya kapabilitas dari recycling, Indonesia masih akan unggul," paparnya.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Baru Soal Nikel? Saham ANTM Cs Unjuk Gigi Lagi
