Ada Kabar Baru Soal Nikel? Saham ANTM Cs Unjuk Gigi Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 March 2021 09:44
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham pertambangan nikel kembali diborong investor pada perdagangan sesi I Jumat (11/3/2021). Investor tampaknya mulai optimistis di tengah datangnya kabar positif terkait sektor ini.

Walaupun sudah sejak pekan lalu hadir di pasar, sentimen terkait rencana pembentukan holding perusahaan baterai di Indonesia yang akan terbentuk paling lambat Juli tahun ini masih menjadi pendorong kenaikan saham nikel hari ini. Selain itu, pengesahan stimulus fiskal Amerika Serikat ikut menaikkan optimisme investor.

Simak pergerakan saham nikel pada awal perdagangan sesi I hari ini atau pada pukul 09:05 WIB.

Pada hari ini, trio saham nikel kembali menjadi penggerak utama saham-saham nikel, di mana trio saham nikel tersebut menduduki posisi pertama hingga ketiga pada penguatan saham nikel.

Sebagai informasi, trio nikel yang dimaksud adalah saham PT Timah Tbk (TINS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Saham TINS lagi-lagi menduduki posisi pertama seperti pada hari-hari sebelumnya pada perdagangan sesi I. Saham TINS melesat 4,78% ke level Rp 1.865/unit pada awal perdagangan sesi I hari ini.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham TINS pagi ini telah mencapai Rp 31 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 12 juta lembar saham. Tercatat investor asing membeli saham TINS sebanyak Rp 653,64 juta di pasar reguler.

Di posisi kedua ada saham ANTM dan di posisi ketiga terdapat saham INCO. Saham ANTM melesat 3,14% ke posisi Rp 2.300/unit, sedangkan saham INCO menguat 2,43% ke Rp 4.640/unit pada pukul 09:05 WIB pagi hari ini.

Tercatat nilai transaksi saham ANTM sudah mencapai Rp 116 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 30 juta lembar saham. Dikala ANTM melesat, namun investor asing malah menjual saham ANTM sebanyak 9,52 miliar di pasar reguler.

Sedangkan nilai transaksi saham INCO mencapai Rp 41 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 6 juta lembar saham. Seperti saham TINS, asing akhirnya memborong saham INCO sebanyak Rp 415 juta, setelah beberapa hari saham INCO dilepas oleh asing.

Adapun penguatan yang paling minor pada pagi hari ini dibukukan oleh saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), di mana saham NIKL menguat 1,27% ke Rp 1.200/unit.

Nilai transaksi saham NIKL telah mencapai Rp 44 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 22 ribu lembar saham. Tercatat investor asing membeli saham TINS sebanyak Rp 3,6 juta di pasar reguler.

Sentimen dari rencana pembentukan holding PT Industri Baterai Indonesia (IBI) masih menjadi sentimen positif bagi saham-saham nikel hingga hari ini.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan holding perusahaan baterai di Indonesia akan terbentuk paling lambat Juli 2021.

Kementerian BUMN memang tengah membentuk konsorsium sejumlah perusahaan BUMN untuk membangun industri baterai terintegrasi dari hulu sampai hilir, namanya PT Industri Baterai Indonesia (IBI).

Ada empat BUMN yang terlibat dari kepemilikan holding BUMN baterai ini dengan masing-masing kepemilikan saham 25%. Mulai dari PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT PLN (Persero) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID,

Selain itu, rencana investasi Tesla Inc. di Indonesia masih menjadi perbincangan hangat di kalangan investor pasar saham Indonesia, terutama untuk investor saham nikel.

Indonesia yang memiliki sumber daya nikel berlimpah punya mimpi menjadi produsen utama baterai listrik dunia dan bisa berkolaborasi dengan perusahaan milik Elon Musk tersebut.

Tesla yang fokus di kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) dan pada baterai, diproyeksikan bakal menyerap banyak produk tambang nikel Indonesia yang merupakan bahan bakunya.

"Digadang-gadang Antam, INCO supply chain. Mungkin nggak tertarik saat ini belum tentu ke depan nggak tertarik juga, karena butuh nikel dalam jumlah besar," jelasnya.

Indonesia sampai saat ini masih terus melakukan komunikasi dengan Tesla Inc. Deputi Investasi & Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menyebut Tesla berencana investasi di Energy Storage System (ESS) di Indonesia.

Seto mengatakan investasi ESS telah dilakukan Tesla di Australia. Ini menjadi solusi untuk mengganti pembangkit peaker, yang digunakan saat permintaan listrik sedang tinggi.

"Dengan Tesla memang mereka juga melihat ESS yang mereka bangun di Australia. Ini solusi namun lebih arahnya untuk pengganti pembangkit yang peaker," paparnya dalam webinar yang diselenggarakan Katadata secara virtual, Senin, (08/03/2021).


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Nikel Mulai Bangkit, Ada Cerita Apa Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular