
Catat Nih! Ada Kabar Baik bagi Trio Saham ANTM-TINS-INCO

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kejatuhan saham-saham emiten nikel pada perdagangan Selasa kemarin (9/3/2021), sektor ini mendapatkan sentimen setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan holding perusahaan baterai di Indonesia akan terbentuk paling lambat Juli 2021.
Kementerian BUMN memang tengah membentuk konsorsium sejumlah perusahaan BUMN untuk membangun industri baterai terintegrasi dari hulu sampai hilir, namanya PT Industri Baterai Indonesia (IBI).
Ada empat BUMN yang terlibat dari kepemilikan holding BUMN baterai ini dengan masing-masing kepemilikan saham 25%. Mulai dari PT Pertamina (Persero), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT PLN (Persero) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID
Sebagai gambaran, PT IBI direncanakan bisa membuat baterai listrik hingga total berdaya 195 giga watt (GW) dengan mengonsumsi 150 ribu ton nikel per tahun. Tapi pada tahapan pertama dipatok hanya 33 GW produksi baterai listrik hingga 2030.
"Nilai investasi kalau 33 GW hingga 2030 itu sekitar US$ 13 miliar. Jika kapasitas naik 70% atau 140 GW pada tahap kedua, nilai investasi bisa mencapai US$ 17 miliar. Ini investasi juga dengan mitra luar negeri," jelas Komisaris Utama MIND ID, Agus Tjahajana Wirakusumah, dalam program 'Zooming With Primus: Prospek Pembentukan Holding Baterai' yang juga ditayangkan dalam kanal YouTube BeritaSatu, dikutip Selasa (9/3/2021).
Perusahaan ini juga akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL). Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID atau Inalum yakni ANTM dan PT Timah Tbk (TINS).
Adapun MIND ID juga memiliki 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang bergerak di tambang nikel dan sudah diakuisisi tahun lalu.
Tidak hanya berhenti dalam pembangunan pabrik baterai, namun pengembangan PT IBI ini juga akan membangun pabrik daur ulangnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Maritim dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto. Dia mengatakan Indonesia bakal mendaur ulang baterai dan sampah nikel lainnya.
"Sudah lengkap, ada tambang, bukan hanya itu saya ada juga recycling," paparnya dalam acara Future Energy Tech and Innovation Forum 2021 yang diselenggarakan Katadata secara virtual, Senin, (08/03/2021).
Jika cadangan sudah habis maka bisa didaur ulang, dan persentase yang bisa didaur ulang menurutnya sangat baik yakni mencapai 99% recovery dari metalnya.
"Ada pengolahan, smelting, recycle sudah mulai membangun, ini penting kalau habis punya kapabilitas dari recycling, Indonesia masih akan unggul," paparnya.
Dari pasar modal, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham-saham emiten nikel pada perdagangan Selasa kemarin (9/3/2021) berakhir di zona merah di tengah kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Saham Aneka Tambang turun 2,19% di level Rp 2.230/saham dengan catatan year to date (ytd) naik 15,25%, Vale Indonesia atau INCO ambles 5,80% di Rp 4.550/saham dan ytd minus 10,78%, dan Timah (TINS) turun 1,68% di Rp 1.760/saham dan ytd naik 18,52%.
Adapun saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) juga minus 1,96% Rp 5.000 meski ytd melesat 68%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati! Asing Ramai Profit Taking di 4 Saham Nikel Ini Lho
