Cukup, Fernando! Rupiah Sudah Anjlok 2%, Jangan Lagi Ya...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 March 2021 09:08
rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Darren Whiteside)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Setelah melemah cukup dalam, rupiah memang punya ruang untuk mencatatkan technical rebound.

Pada Rabu (10/3/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.380 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,28% di hadapan dolar AS. Di Rp 14.390/US$, rupiah menyentuh titik terlemah sejak November 2020.

Akhir-akhir ini rupiah sedang dalam tren melemah. Sejak 25 Februari 2021 atau sembilan hari perdagangan, rupiah hanya menguat sekali yaitu pada 3 Maret 2021. Mulai 25 Februari 2021 hingga kemarin, rupiah terdepresiasi 2,2%.

Dengan pelemahan yang sudah lumayan dalam itu, rupiah jadi berpeluang bangkit dan mencatatkan technical rebound. Rupiah kini sudah 'murah' sehingga kembali menarik di mata investor.

Halaman Selanjutnya --> Yield Obligasi Pemerintah AS Turun

Selain itu, sentimen domestik dan eksternal memang sedang suportif buat mata uang Tanah Air. Dari dalam negeri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merlis izin penggunaan darurat atau Emergy Use Authorization (EUA) kepada vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) buatan AstraZaneca-Universitas Oxford. Vaksin dari Inggris ini disebut punya tingkat efikasi 62,1%, di atas ambang batas EUA yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 50%.

"Vaksin AstraZeneca merangsang pembentukan antibodi pada orang dewasa berusia 18 tahun hingga 60 tahun meningkat 32 kali dan pada lansia meningkat 21 kali. Efikasi vaksin AstraZeneca 62,1%, sesuai dengan WHO minimal 50%," kata Penny Lukito, Kepala BPOM, kemarin.

Sedikit demi sedikit, Indonesia mampu mengamankan pasokan vaksin demi mewujudkan kekebalan kolektif (herd immunity). Ketika herd immunity tercapai, di mana sebagian besar warga negara sudah divaksin dan membentuk kekebalan tubuh melawan virus corona, maka rantai penularan akan terputus. Selamat tinggal pandemi, selamat datang hidup normal seperti dulu lagi...

Sementara dari sisi eksternal, mood investor sedang bagus dan siap berburu aset-aset berisiko. Peningkatan risk appetite ini tercermin di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,1%, S&P 500 melonjak 1,42%, dan Nasdaq Composite meroket 3,69%.

Penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS membuat investor nyaman 'nyerok' di pasar saham. Pada pukul 07:44 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden bertenor 10 tahun terkoreksi 1,4 basis poin (bps). Yield untuk berbagai tenor pun bergerak turun.

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 08:00 WIB:


Akhir-akhir ini, kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat pasar keuangan dunia terguncang. Yield yang naik ke posisi tertinggi sejak Februari 2020 itu membuat pasar mau tidak mau harus mengalihkan pandangan ke US Treasury Bonds. Fokus ke sana membuat pelaku pasar mengabaikan aset-aset lain, apalagi yang berisiko di negara berkembang.

"Hari ini yield obligasi turun sedikit sehingga membuat tekanan agak mereda. Pasar lebih nyaman dengan kondisi seperti ini," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco yang berbasis di New York (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular