
Cukup, Fernando! Rupiah Sudah Anjlok 2%, Jangan Lagi Ya...

Selain itu, sentimen domestik dan eksternal memang sedang suportif buat mata uang Tanah Air. Dari dalam negeri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merlis izin penggunaan darurat atau Emergy Use Authorization (EUA) kepada vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) buatan AstraZaneca-Universitas Oxford. Vaksin dari Inggris ini disebut punya tingkat efikasi 62,1%, di atas ambang batas EUA yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 50%.
"Vaksin AstraZeneca merangsang pembentukan antibodi pada orang dewasa berusia 18 tahun hingga 60 tahun meningkat 32 kali dan pada lansia meningkat 21 kali. Efikasi vaksin AstraZeneca 62,1%, sesuai dengan WHO minimal 50%," kata Penny Lukito, Kepala BPOM, kemarin.
Sedikit demi sedikit, Indonesia mampu mengamankan pasokan vaksin demi mewujudkan kekebalan kolektif (herd immunity). Ketika herd immunity tercapai, di mana sebagian besar warga negara sudah divaksin dan membentuk kekebalan tubuh melawan virus corona, maka rantai penularan akan terputus. Selamat tinggal pandemi, selamat datang hidup normal seperti dulu lagi...
Sementara dari sisi eksternal, mood investor sedang bagus dan siap berburu aset-aset berisiko. Peningkatan risk appetite ini tercermin di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,1%, S&P 500 melonjak 1,42%, dan Nasdaq Composite meroket 3,69%.
Penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS membuat investor nyaman 'nyerok' di pasar saham. Pada pukul 07:44 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden bertenor 10 tahun terkoreksi 1,4 basis poin (bps). Yield untuk berbagai tenor pun bergerak turun.
Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah AS pada pukul 08:00 WIB:
Akhir-akhir ini, kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat pasar keuangan dunia terguncang. Yield yang naik ke posisi tertinggi sejak Februari 2020 itu membuat pasar mau tidak mau harus mengalihkan pandangan ke US Treasury Bonds. Fokus ke sana membuat pelaku pasar mengabaikan aset-aset lain, apalagi yang berisiko di negara berkembang.
"Hari ini yield obligasi turun sedikit sehingga membuat tekanan agak mereda. Pasar lebih nyaman dengan kondisi seperti ini," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco yang berbasis di New York (AS), sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
