
Emiten Raksasa Ini Siap Pasok Nikel ke Tesla, Siapa Dia?

Berdasarkan siaran pers BHP, induk BHP Nickel West, kinerja operasional pada tengah tahun lalu (berakhir Desember 2020) ditopang dengan rekor produksi yang dicapai oleh tambang Western Australia Iron Ore (WAIO).
Secara induk, laba operasi tengah tahun BHP mencapai US$ 9,8 miliar atau Rp 137 triliun (kurs Rp 14.000/US$), naik 17%. EBITDA sebesar US$ 14,7 miliar atau Rp 206 triliun dengan margin 59%.
Adapun laba yang dapat diatribusikan sebesar US$ 3,9 miliar atau Rp 55 triliun (ini termasuk kerugian sebesar US$ 2,2 miliar atau Rp 31 triliun yang sebagian besar terkait dengan penurunan nilai New South Wales Energy Coal/NSWEC dan aset pajak tangguhan terkait, dan Cerrejón).
![]() Laporan Tengah Tahun BHP 2020 |
Di luar itu, laba bersih atribusi mencapai US$ 6,0 miliar atau Rp 84 triliun, naik 16% dari periode sebelumnya.
Sementara itu, arus kas operasi bersih sebesar US$$ 9,4 miliar dan arus kas bebas sebesar US$ 5,2 miliar mencerminkan adanya peningkatan harga bijih besi dan tembaga dan kinerja operasional yang kuat.
"Kami menciptakan dan mengamankan lebih banyak pilihan komoditas yang akan dihadapi di masa depan, ini tetap menjadi prioritas. Di bidang nikel dan tembaga, kami melanjutkan kemitraan baru, akuisisi tambang baru, dan eksplorasi yang maju," kata CEO BHP, Mike Henry, dalam siaran persnya, dikutip Jumat (5/3/20201).
"Prospek kami untuk pertumbuhan ekonomi global dan permintaan komoditas tetap positif, dengan pembuat kebijakan di negara-negara ekonomi utama menandakan komitmen adanya pertumbuhan dan menandakan adanya visi mengatasi perubahan iklim. Faktor-faktor ini digabungkan dengan pertumbuhan populasi dan peningkatan standar hidup, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dalam permintaan energi dan logam."
[Gambas:Video CNBC]