
Ngelus Dada! Saham ANTM Dkk Dibanting & Kena ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan nikel ditutup berjatuhan pada perdagangan Kamis (4/3/2021) kemarin dan menyentuh level batas auto rejection bawah (ARB). Harga acuan nikel yang anjlok pada perdagangan Rabu (3/3/2021) lalu menjadi pemicu saham pertambangan nikel berjatuhan.
Padahal, beberapa kabar baik juga datang di tengah pelemahan harga acuan nikel dan juga pelemahan saham pertambangan nikel sendiri.
Salah satu kabar baik tersebut yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berencana membentuk kolaborasi perusahaan raksasa baterai mobil listrik (Electric Vehicle/EV Battery).
Adapun pelemahan saham pertambangan nikel pada perdagangan Kamis kemarin adalah sebagai berikut.
Dari tujuh saham nikel, empat diantaranya melemah paling parah bahkan sudah menyentuh level auto rejection bawahnya (ARB).
Di posisi pertama diduduki oleh saham emiten energi yang mulai merambah ke industri pertambangan nikel, yakni PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang ambles hingga 7% ke level Rp 5.650/unit. Otomatis, saham HRUM langsung menyentuh ARB-nya pada penutupan perdagangan kemarin.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan kemarin mencapai Rp 90,6 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 15,7 juta lembar saham.
Investor asing sepertinya masih tertarik dengan saham HRUM, di mana asing melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebanyak Rp 1,48 miliar.
Berikutnya di posisi kedua terdapat saham PT Timah Tbk (TINS) yang ambrol hingga 6,9% ke posisi Rp 1.890/unit dan juga terkena level ARB-nya pada perdagangan kemarin.
Tercatat nilai transaksi saham TINS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 320,8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 167,7 juta lembar saham. Seperti saham HRUM, investor asing juga masih memborong saham TINS di pasar reguler sebanyak Rp 4,84 miliar.
Sedangkan di posisi ketiga ada saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang juga terkena level ARB-nya, di mana saham INCO ambles 6,75% ke Rp 5.525/unit.
Nilai transaksi saham INCO pada perdagangan Kamis mencapai Rp 265,7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 47,9 juta lembar saham. Namun, investor asing malah melego saham INCO sebanyak Rp 52,09 miliar di pasar reguler dan sebanyak Rp 818 juta di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Adapun pelemahan paling minor terjadi di saham PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE) yang terkoreksi hingga 3,8% ke Rp 152/unit pada penutupan Kamis kemarin.
Nilai transaksi yang dicatatkan oleh saham INCO pada Kamis kemarin mencapai Rp 1,5 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 9,4 juta lembar saham.
Seperti saham INCO, investor asing juga melepas saham PURE sebanyak Rp 19,31 juta di pasar reguler.
Anjloknya saham nikel Kamis kemarin terjadi setelah harga acuan nikel anjlok. Harga futures LME Nickle kontrak 3 bulan ambles sebesar 4,13% ke posisi US$ 17.864/ton pada penutupan pasar rabu (3/3/2021), dari sebelumnya di level harga US$ 18.635/ton.
Padahal, anjloknya harga acuan nikel dan sahamnya terjadi di tengah datangnya sentimen positif di dalam negeri untuk sektor nikel, di mana Menteri BUMN, Erick Thohir berencana membentuk kolaborasi perusahaan raksasa baterai mobil listrik (Electric Vehicle/EV Battery).
Sebelumnya, Erick Thohir membawa kabar baik bagi investor, terutama pemilik saham emiten BUMN di bisnis nikel. Erick mengungkapkan kolaborasi perusahaan pelat merah dalam membentuk perusahaan raksasa baterai (EV battery) mobil listrik di Indonesia.
Tiga BUMN akan menggandeng perusahaan dari luar negeri untuk membangun pabrik tersebut. Tiga BUMN tersebut adalah PT PLN (Persero), Inalum dan PT Pertamina (Persero).
Ketiga BUMN ini akan menggandeng LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology (CATL).
Proyek ini juga akan melibatkan anak usaha MIND ID atau Inalum yakni ANTM dan TINS.
"Ada yang namanya EV battery. Bagaimana policy pemerintah supaya bisa jadi produsen selain jadi market, bisa dijaga salah satunya nikel. Tak mau dikirim ke luar negeri raw material. Kami diberi kepercayaan, dimana PLN, Inalum, Pertamina akan membuat perusahaan baterai nasional partner dengan CATL dan LG," kata Erick dalam forum Economic Outlook 2021 yang digelar CNBC Indonesia, Kamis kemarin (25/2/2021).
Kementerian BUMN memang tengah membentuk Indonesia Battery Holding (IBH) untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir.
Perusahaan holding yang terdiri dari empat BUMN antara lain MIND ID atau Inalum, Aneka Tambang, Pertamina, dan PLN ini ditargetkan bakal terbentuk pada Semester 1 2021 ini.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Sial Buat yang Pegang ANTM Cs, Kena ARB Bertubi-tubi