Berkah Harga CPO, Duo Emiten Sawit Grup Salim Cetak Laba 2020

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 March 2021 13:08
Anthoni Salim
Foto: CNN Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua perusahaan agribisnis milik grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum dan induk usahanya PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) membukukan kenaikan laba bersih yang signifikan sepanjang tahun lalu. 

Bahkan SIMP mampu mencetak laba dari sebelumnya merugi sejalan dengan naiknya harga jual minyak sawit (crude palm oil/CPO) selama masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih LSIP tahun lalu mencapai Rp 696,01 miliar, melesat 174,12% dari posisi Rp 253,90 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai laba bersih per saham perusahaan juga naik signifikan dari Rp 37 menjadi Rp 102/saham.

Kenaikan laba bersih ini terjadi kendati pendapatan perusahaan di periode tersebut turun 4,39% YoY (year on year) menjadi senilai Rp 3,53 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 3,69 triliun. Penurunan penjualan ini terjadi karena turunnya volume penjualan produk sawit dan karet.

Namun, diimbangi dengan kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit, di mana ASP CPO dan minyak inti sawit (palm kernel/PK) meningkat masing-masing sebesar 26% yoy.

Presiden Direktur Lonsum Benny Tjoeng mengatakan harga CPO meningkat signifikan pada semester kedua tahun 2020 setelah berada pada terendahnya di kuartal kedua tahun 2020 karena kondisi cuaca, pasokan CPO yang terbatas serta naiknya permintaan kedelai.

"Industri perkebunan diperkirakan akan tetap menantang. Kami terus memperkuat posisi keuangan, mengendalikan biaya dan efisiensi, meningkatkan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek- aspek yang berpotensi memiliki pertumbuhan serta berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan," kata Benny dalam siaran persnya, dikutip Selasa (2/3/2021).

Secara volume, sepanjang tahun lalu produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 11,7% yoy menjadi 1.294.716 ton. Penurunan ini disebabkan karena dampak cuaca dan kegiatan peremajaan tanaman sawit.

Penurunan juga terjadi pada kontribusi TBS dari eksternal sehingga total produksi CPO turun 16,9% yoy menjadi 330.936 ton.

Untuk rasio-rasio keuangan, terjadi kenaikan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar 107,7% YoY menjadi Rp 1,23 triliun.

Perusahaan mempertahankan posisi keuangan yang sehat dengan total aset Rp 10,92 triliun termasuk posisi kas dan setara kas Rp 1,96 triliun dan tidak adanya pendanaan melalui hutang (funded debt) pada tanggal 31 Desember 2020.

SIMP

Induk usaha LSIP yakni SIMP juga mencatat kinerja positif. Mengacu data laporan keuangan, SIMP mencatat laba bersih Rp 234,28 miliar dari tahun sebelumnya yang rugi bersih Rp 546,15 miliar. Pemulihan laba bersih dari rugi ini seiring dengan pendapatan yang naik 6% menjadi Rp 14,48 triliun dari Rp 13,65 triliun.

Adapun tahun lalu, produksi TBS inti SIMP turun 9% yoy menjadi 2,99 juta ton terutama akibat dampak cuaca serta kegiatan peremajaan tanaman sawit. Diiringi dengan kontribusi TBS eksternal yang lebih rendah maka total produksi CPO turun 12% menjadi 737 ribu ton.

Grup SIMP mencatat penjualan yang lebih tinggi di FY2020 terutama karena kenaikan harga jual rata-rata produk sawit dan produk minyak dan lemak nabati (EOF) yang sebagian diimbangi oleh total volume penjualan produk sawit dan produk EOF yang lebih rendah.

ASP CPO dan inti sawit (Palm Kernel/PK) masing-masing meningkat 24% yoy dan 21% yoy. Sejalan dengan penurunan produksi, volume penjualan CPO turun 15% yoy menjadi 748 ribu ton sedangkan volume penjualan produk PK turun 17% yoy menjadi 183 ribu ton.

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berbalik positif menjadi Rp 234 miliar terutama disebabkan oleh peningkatan laba kotor, penurunan beban penjualan dan distribusi dan beban umum.

Selain itu juga ditopang administrasi dan laba selisih kurs yang sebagian diimbangi oleh laba atas perubahan nilai wajar aset biologis yang lebih rendah serta kenaikan beban pajak penghasilan. Core profit juga berbalik positif menjadi Rp 695 miliar.

"2020 adalah tahun yang menantang bagi industri agribisnis seiring dampak pandemi di seluruh dunia, volatilitas harga komoditas dan kondisi cuaca. Produksi TBS inti turun pada tahun 2020 karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan peremajaan tanaman sawit," kata Mark Wakeford, Direktur Utama Grup SIMP.

Dia mengatakan harga CPO pulih dengan kuat pada semester kedua tahun 2020 dari posisi terendah sebelumnya di kuartal kedua tahun 2020 didorong oleh ekspektasi dampak dari kondisi cuaca, pasokan CPO yang terbatas serta naiknya permintaan kedelai.

Grup SIMP mencatat peningkatan profitabilitas terutama karena kenaikan harga jual rata-rata produk sawit serta upaya-upaya dalam melakukan pengendalian biaya dan efisiensi.

Dia mengatakan, ketidakpastian perekonomian akibat berlanjutnya tensi perdagangan AS-Tiongkok, dampak pandemi serta pola cuaca yang tidak menentu akan mempengaruhi produksi dan harga komoditas.

Harga CPO juga sensitif terhadap permintaan pasar impor utama, seperti Tiongkok dan India, pertumbuhan permintaan domestik Indonesia termasuk mandat biodiesel, permintaan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan pergerakan harga minyak mentah yang mempengaruhi pemintaan biodiesel secara umum.

"Di tengah volatilitas harga komoditas, fokus kami pada tahun 2021 adalah memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan, meningkatkan pengendalian biaya serta inovasi untuk peningkatan produktivitas," jelasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kena Profit Taking Jelang Akhir Pekan, Harga CPO Turun Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular