
Maknyus, 7 Saham Emiten Grup Salim Pesta Pora, Ada Apa nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham Grup Salim kompak menghijau pada penutupan sesi I perdagangan hari ini, Rabu (24/2/2021). Penguatan dipimpin oleh saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), bank yang baru dibeli grup yang didirikan oleh mendiang Sudono Salim tersebut.
Berikut gerak saham emiten Grup Salim pada sesi I hari ini (24/2).
Bank Ina Perdana (BINA), saham +2,49% Rp 1.440, transaksi Rp 3,29 M.
Salim Ivomas Pratama (SIMP), +2,33% Rp 440, transaksi Rp 4,63 M
PP London Sumatra Indonesia (LSIP), +2,31% Rp 1.330, transaksi Rp 25,72 M
Indomobil Sukses Internasional (IMAS), +1,55% Rp 1.310, transaksi Rp 19,15 M
Nusantara Infrastructure (META), +1,27% Rp 160, transaksi Rp 2,21 M
Indofood Sukses Makmur (INDF), +1,24% Rp 6.125, transaksi Rp 39,71 M
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), +0,88% Rp 8.625, transaksi Rp 92,60 M
Indoritel Makmur Internasional (DNET), 0,00% Rp 3.240, transaksi Rp 5,18 M
Indomobil Multi Jasa (IMJS), 0,00% Rp 342, transaksi Rp 1,56 M
Menurut data BEI, BINA mencatatkan kenaikan tertinggi di antara saham Grup Salim lainnya, sebesar 2,49% ke posisi Rp 1.440/saham. Penguatan saham BINA ini seiring terus berkembangnya narasi tentang bank digital akhir-akhir ini.
Pekan lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis roadmap (peta jalan) pengembangan perbankan nasional 2020-2025, yang mengatur soal digitalisasi.
Dalam peluncuran peta jalan tersebut, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat mengonfirmasi bahwa pandemi telah mendorong transaksi dan layanan keuangan secara digital dan virtual di Indonesia.
Perkembangan tersebut mendorong otoritas pengawas keuangan tersebut untuk mempercepat transformasi digitalisasi perbankan Indonesia, menempatkannya sebagai prioritas terpenting kedua yang harus dijalankan dalam peta pengembangan industri.
"Kondisi ini menuntut adanya transformasi struktural, antara lain melalui akselerasi layanan digital. Dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperkuat oleh bank, baik jangka pendek, melakukan konsolidasi atau jangka panjang transformasi struktural," tutur Teguh dalam rilis roadmap tersebut pada Kamis (18/2/2021).
Roadmap tersebut, lanjut dia, akan menjadi pijakan pengembangan ekosistem perbankan, serta memberikan arah mengatasi tantangan perbankan ke depan sehingga bisa berkontribusi optimal terhadap perekonomian nasional.
Adapun tahun lalu, Anthoni Salim yang juga Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), resmi menjadi ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) Bank Ina bersama pemilik Bali United, Pieter Tanuri.
Selanjutnya, pada tempat kedua dan ketiga, duo emiten sawit Grup Salim, SIMP dan LSIP ikut menguat. SIMP tercatat menguat 2,33% ke Rp 440/saham, sedangkan anak usahanya, LSIP, naik 2,31% ke posisi Rp 1.330/saham.
Penguatan kedua saham CPO ini seiring dengan kenaikan harga kontrak futures (berjangka) CPO pengiriman Mei sebesar 3,72% menjadi RM 3.676/ton pada Selasa (23/2/2021).
Sementara harga CPO masih belum beranjak dari Rp 3.676/ton siang ini, pukul 12:42 WIB. Meskipun demikian, harga komoditas unggulan Malaysia dan Indonesia tersebut berangsur-angsur membaik, setelah tertekan sepanjang pekan lalu.
Untuk saham IMAS, emiten otomotif Grup salim ini menguat 1,55% ke Rp 1.310/saham pada sesi I ini, meskipun dibayangi aksi jual bersih oleh asing sebesar Rp 2,27 miliar.
Penguatan saham IMAS tampaknya masih didorong sentimen positif dari Bank Indonesia (BI), terkait penurunan suku bunga acuan BI menjadi 3,5% dan relaksasi uang muka (down payment/DP) untuk kredit kendaraan bermotor yang menggunakan fasilitas bank.
Turunnya suku bunga acuan BI pada pekan lalu membawa kabar baik bagi emiten otomotif tanah air. Pemangkasan suku bunga acuan menjadi 3,5% diharapkan bisa memulihkan industri otomotif Indonesia. Salah satunya dengan mendorong pembelian kendaraan bermotor yang lesu akibat pandemi Covid-19.
Kamis pekan lalu (18/2/2021), Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Februari 2021. Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2021 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry.
Tahun lalu, BI menurunkan suku bunga acuan sebanyak 125 bps. Penurunan hari ini menjadi yang pertama pada 2021. BI juga melonggarkan aturan Loan to Value (LTV) untuk kredit kendaraan bermotor yang menggunakan fasilitas bank. Kini membeli mobil melalui KKB atau Kredit Kendaraan Bermotor bisa tanpa DP alias Down Payment.
"Melonggarkan ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru," kata Perry.
Kebijakan tersebut, menurut BI dikeluarkan untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif. "Dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, berlaku efektif 1 Maret 2021 sampai dengan 31 Desember 2021."
Saham Salim Grup lainnya, seperti META, INDF dan ICBP juga tercatat menghijau. Meta menguat 1,27% di Rp 160/saham. Sementara, INDF naik 1,24% ke Rp 6.125/saham meskipun asing mencatatkan jual bersih Rp 8,50 miliar.
Sementara anak usaha INDF, ICBP terapresiasi 0,88% ke Rp 8.625/saham dengan dibayangi net sell asing Rp 30,51 miliar.
Sisanya, saham DNET dan IMJS tercatat masih belum beranjak dari harga awal perdagangan hari ini, yakni secara berturut-turut Rp 3.240/saham dan Rp 342/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspansif! Grup Salim Tambah Saham Perusahaan Sawit Rp 807 M