Analisis Teknikal

Wall Street Ambrol, Awas IHSG Jeblok ke Bawah 6.200

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 February 2021 08:58
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat cukup tajam, 0,62%, pada perdagangan Kamis kemarin. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 221 miliar. Net sell tersebut merupakan yang pertama di pekan ini setelah sebelumnya melakukan aksi beli bersih (net buy) 3 hari beruntun.

Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga 3 tahun ke depan memberikan sentimen positif ke pasar saham.

Bursa saham AS (Wall Street) melesat pada perdagangan Rabu waktu setempat, indeks Dow Jones bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut membuat bursa utama Asia meroket pada perdagangan Selasa, dan IHSG ikut terkerek.

Namun, ibarat roda yang selalu berputar, Wall Street berbalik jeblok pada perdagangan Kamis waktu setempat. Indeks Down Jones merosot 1,75%, S%P 500 -2,45%, dan Nasdaq jeblok 3,5%, terburuk sejak Oktober tahun lalu. Kemerosotan tersebut terjadi akibat meroketnya yield obligasi (Treasury) AS. 

Bursa saham Asia pagi ini, Jumat (26/2/2021) juga menyusul. Indeks Nikkei Jepang dan Kospi Korea Selatan ambrol lebih dari 2%. IHGS berisiko menyusul ke zona merah.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sejak awal pekan ini, mengingat belum terjadi pergerakan besar. IHSG yang bertahan di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang memberikan potensi penguatan.

Pada perdagangan Selasa (16/2/2021), muncul lagi pola Doji, secara psikologis pola ini mengindikasikan pasar masih kebingungan menentukan kemana arah IHSG. Pergerakan dalam 2 hari terakhir menunjukkan hal tersebut, IHSG menguat di awal perdagangan sebelum berbalik melemah.

Dengan munculnya pola Doji, peluang IHSG ambrol atau melesat sama besarnya.

jkseGrafik: IHGS Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian masih sudah mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam bergerak mendatar di dekat wilayah overbought.

IHSG kemarin kembali ke atas 6.260 yang kini menjadi support terdekat lagi, jika kembali ditembus IHSG berisiko turun ke menuju 6.200. Jika level tersebut juga ditembus IHSG akan turun ke 6.160 sebelum menuju 6.110.

Sementara selama bertahan di atas support, IHSG berpeluang ke 6.300 lagi. Target penguatan selanjutnya di 6.340.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 Bikin Investor di Bursa RI Was-was, IHSG Ambles!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular