
Bos Bank Capital Buka-bukaan soal Akuisisi Grab & Sea Group

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) buka suara terkait dengan kabar bahwa bank ini tengah diincar oleh sejumlah calon investor asing seperti Grab asal Singapura dan Sea Group, induk Shopee asal Singapura.
Para investor tersebut disebutkan tertarik untuk mengembangkan layanan digital bernama Capital Net milik perseroan yang telah digunakan pelanggan sejak 2019.
Menanggapi ini Direktur Utama Bank Capital, Wahyu Dwi Aji, mengatakan perseroan memang tengah mengembangkan layanan digital. Hanya saja dia belum mengungkapkan calon investor secara definitif.
"Perseroan memang sedang mengembangkan layanan digital. Sebagai perusahaan publik, maka ketertarikan investor sangat terbuka untuk semua perusahaan," kata Wahyu dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), bersama dengan Direktur Bank Capital Gunarto Hanafi, dikutip Jumat (26/2/2021).
Di pasar modal, saham BACA ditutup melesat 23,39% di level Rp 765/saham pada perdagangan Kamis kemarin (25/2) dengan nilai transaksi Rp 137,5 miliar. Saham BACA sudah meroket 100,26% dalam sebulan terakhir dengan kapitalisasi pasar Rp 5,4 triliun.
Sebelumnya, merebaknya isu lembaga keuangan asing mencaplok bank-bank kecil di tanah air membuat pergerakan harga saham bank BUKU II (bank dengan modal inti Rp 1-5 triliun) kompak menggeliat.
Namun, analis menegaskan investor tetap harus mewaspadai potensi terjadinya penurunan harga saham kembali yang cukup signifikan bila rumor pasar tersebut belum teruji kebenarannya.
Head of Invesment Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe berpendapat, kenaikan beberapa harga saham bank-bank kecil akhir-akhir ini cenderung lebih disebabkan oleh rumor pasar. Terbaru, misalnya, induk perusahaan Shopee, Sea Group dikabarkan tertarik membeli PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), dan BACA yang kabarnya diincar oleh OVO.
Kiswoyo tidak menampik, jika banyak lembaga keuangan asing melirik bank-bank kecil untuk diakuisisi, mengingat saat ini dari sisi marjin bunga bersih/net interest margin (NIM), Indonesia masih yang terbesar di dunia di atas 3%.
"Saham bank kecil pergerakannya, rumornya lagi mencoba diakuisisi pihak asing. Perbankan di Indonesia saat ini NIM-nya tertinggi di dunia sehingga menarik bagi asing. Di luar negeri, NIM 3% saja susah," katanya, kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/2/2021).
Meski demikian, kenaikan yang terjadi belakangan ini, patut dicermati investor. Sebab, bila dilihat dari sisi valuasinya, bank-bank kecil tersebut kurang menarik dan dari sisi fundamental belum terlalu kuat.
"Price to book value/PBV 1 kali, tidak menarik, begitu ada isu akuisisi, yang masuk trader yang berspekulasi, beli duluan. Ketika isu dibantah ya bisa langsung drop lagi," katanya.
Di sisi lain, jika bank-bank kecil tadi masuk ke bank digital, saat ini belum ada perangkat yang bisa mengukur suatu valuasi bank digital di Indonesia. B
ila bank-bank konvensional sekelas PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan valuasi 4-5 kali nilai buku sudah termasuk paling mahal, maka, untuk bank digital saat ini belum bisa disandingkan perhitungan valuasinya menggunakan skema PBV.
"Normal pakai PBV, bank digital belum ada yang memvaluasi di Indonesia," kata dia.
Faktanya, Sea Group sudah mencaplok PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (Bank BKE) dan resmi mengganti nama bank tersebut menjadi PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dicaplok Sea Group, Ini Jawaban Manajemen BNBA
