Bukan Dolar AS, Ini Deretan Mata Uang yang Bikin Rupiah Remuk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 February 2021 13:50
U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.100/US$ hingga pertengahan perdagangan Selasa (11/2/2021). Sebelumnya, rupiah beberapa kali mampu menguat hingga ke bawah Rp 14.000/US$, meski tidak bertahan lama.

Jika dilihat sepanjang tahun ini, rupiah sebenarnya masih melemah di hadapan dolar AS. Melansir data Refinitiv, posisi di akhir tahun Rp 14.040/US$, hingga hari ini di Rp 14.100/US$, artinya dolar AS masih menguat 0,43%.

Namun pelemahan rupiah melawan dolar AS masih tipis-tipis saja, ada beberapa mata uang yang membuat rupiah babak belur sepanjang tahun ini.


Poundsterling

Sepanjang tahun ini poundsterling sudah melesat 3,36% melawan rupiah, dan saat ini diperdagangkan di kisaran Rp 19.840/GBP. Level tersebut merupakan yang termahal sejak Maret 2020 lalu.

Para analis menggarisbawahi cepatnya vaksinasi yang dilakukan Inggris sebagai penopang utama penguatan poundsterling. Perekonomian Inggris pun diramal akan segera bangkit dari kontraksi tertajam dalam 300 tahun terakhir di 2020.

Inggris saat ini unggul dalam hal vaksinasi dibandingkan negara-negara lainnya di Eropa. Per 100 orang dari jumlah populasi, Inggris sudah melakukan vaksinasi lebih dari 20%. Saat vaksinasi dilakukan dengan cepat, mata uangnya terus menguat, hal tersebut membuat pounstrerling diberi label mata uang vaksin.

idrFoto: Our World in Data

Berdasarkan perhitungan Our World in Data, hingga saat ini vaksinasi yang dilakukan Inggris sudah mencapai 26,3%, menjadi terbanyak ketiga di dunia, hanya kalah dari Israel dan Uni Emirat Arab yang sudah melakukan vaksinasi 82,4% dan 55,27%.

Amerika Serikat sang Negeri Adi Kuasa baru melakukan vaksinasi 17,82%, sementara Indonesia hanya 0,72% saja.

Dolar Australia

Nilai tukar dolar Australia menguat 3,31% sepanjang tahun ini, dan diperdagangkan di Rp 11.160/AU$, yang merupakan level termahal nyaris dalam 7 tahun terakhir.
Kenaikan harga berbagai komoditas atau yang disebut commodity boom, menjadi penopang penguatan dolar Australia. Harga komoditas ekspor utama Australia, bijih besi, juga masih di dekat rekor tertinggi sepanjang masa, saat perekonomian terus membaik, bukan tidak mungkin harga bijih besi kembali mencatat rekor baru.

Selain bijih besi, harga tembaga juga meroket ke US$ 9.000/ton untuk pertama kalinya sejak tahun 2011 Senin kemarin. Kemudian nikel diperdagangkan di atas US$ 20.000/ton, pertama kalinya sejak 2014.

Dolar Selandia Baru

Sama dengan dolar Australia, dolar Selandia Baru juga diuntungkan oleh kenaikan harga-harga komoditas serta produk olahan susu.

Melansir data Refinitiv, sepanjang tahun ini dolar Selandia Baru sudah menguat 2,19% melawan rupiah. Pada perdagangan hari ini ditransaksikan di kisaran Rp 10.300/NZ$, level tersebut merupakan yang termahal sejak Juli 2014.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Corona RI Meledak Bikin Rupiah Tak Karuan Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular