Kasus Corona RI Meledak Bikin Rupiah Tak Karuan Pekan Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 June 2021 13:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia yang meledak membuat rupiah bergerak tak karuan melawan mata uang dunia. Artinya, rupiah melemah terhadap mayoritas mata uang dunia.

Melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah melemah 0,35% ke Rp 14.420/US$. Rupiah ambrol melawan mata uang Eropa, mulai dari euro hingga franc Swiss. Melawan poundsterling, Mata Uang Garuda anjlok 0,84%, dan kembali ke atas Rp 20.000/GBP.

Paling parah, rupiah ambrol 2,31% melawan krona Swedia. Berikut pergerakan mata uang dunia melawan rupiah.

Lonjakan kasus Covid-19 hingga mencetak rekor di Indonesia membuat rupiah sulit untuk menguat. Tidak sekedar mencetak rekor, lonjakan tajam bahkan terjadi, rekor sebelumnya berada di kisaran 15.000 kemudian langsung pecah lagi di atas 20.000 kasus per hari.

Sabtu kemarin kasus Covid-19 kembali mencetak rekor penambahan per hari sebanyak 21.905 orang positif, memecahkan rekor sebelumnya 20.574 yang dicetak pada Kamis lalu.

Total kasus Covid-19 di RI kini mencapai 2.093.962 orang, dengan kasus aktif sebanyak 194.776 orang.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 13.748 orang per hari. Melonjak dibandingkan 110% rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.540 orang saban harinya.

Yang lebih mengkhawatirkan, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur Rumah Sakit (RS) memasuki masa kritis. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kabar tersebut tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar finansial, apalagi DKI Jakarta kemarin mencata rekor penambahan kasus sebanyak 7.505, ada kemungkinan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat akan diterapkan. Hal tersebut tentunya berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi.

Padahal, sebelum terjadinya ledakan kasus Covid-19, data-data dari Indonesia menunjukkan kebangkitan ekonomi serta potensi besar terlepas dari resesi di kuartal ini.

Sektor manufaktur kembali menunjukkan kenaikan di bulan Mei naik ke 55,3 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Data lain menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini. Apalagi BI juga melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun.

BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% MtM dan 15,6% YoY. April merupakan awal kuartal II-2021, sehingga ekspektasi Indonesia lepas dari resesi semakin kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular