Hati-hati! Asing Ramai Profit Taking di 4 Saham Nikel Ini Lho

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
23 February 2021 07:49
Dok Instagram @orias_pm
Foto: Dok Instagram @orias_pm

Satu sentimen yang dinantikan oleh sektor nikel ialah permintaan royalti 0%. Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum (MIND ID) Orias Petrus Moedak pun mengusulkan agar nikel kadar rendah juga mendapatkan perlakuan yang sama dengan batu bara.

Permintaan tersebut terlontar seiring upaya pemerintah mendorong hilirisasi di sektor batu bara. Upaya tersebut dilakukan dengan pengenaan royalti 0% bagi penambang yang melakukan hilirisasi, seperti proyek gasifikasi batu bara. Insentif royalti 0% bagi penambang batu bara yang melakukan kegiatan hilirisasi ini dicantumkan dalam Undang-Undang tentang Cipta Kerja.

Orias mengatakan, saat ini pemerintah tengah mendorong hilirisasi nikel, salah satunya berupa pemanfaatan nikel kadar rendah untuk diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik. Artinya, pemanfaatan nikel kadar rendah akan semakin masif ke depannya.

Dengan adanya hilirisasi nikel untuk pengolahan bahan baku kendaraan listrik ini bisa menjadi katalis positif bagi emiten nikel tanah air.

"Kalau untuk batu bara kita sudah ada pajak iuran (royalti) 0%, karena sudah ada apakah ini akan berlaku pada nikel kadar rendah?" kata Orias dalam Webinar Sosialisasi Kebijakan Mineral dan Batubara Indonesia, Kamis (11/02/2021).

Secara teknis pertambangan nikel kadar rendah ini mulanya dianggap ikutan, namun karena ada produk baterai yang bisa dihasilkan dari nikel kadar rendah dan kini juga tengah didorong pemerintah, maka komoditas ini menurutnya menjadi istimewa.

"Sekarang kita manfaatkan nikel kadar rendah. Ini ada iuran produksi dan lain-lain, yang terkait itu perlu disesuaikan, saya rasa kebijakan ini (royalti 0%) perlu dimasukkan ke dalam kebijakan minerba," pintanya.

Seperti diketahui, kini empat BUMN, antara lain MIND ID, Antam,  PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) tengah dalam proses pembentukan Indonesia Battery Holding untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury pun sempat menuturkan pembentukan holding perusahaan baterai ini terbentuk pada Semester I 2021 ini.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan di dalam bisnis baterai kendaraan listrik ini, akan terdapat tujuh tahap atau rantai bisnis, yakni mulai dari penambangan, pemurnian atau smelter, precursor plant, pabrik katoda, pabrik sel baterai, battery pack, hingga daur ulang (recycling).

"Kita masuk di empat yang tengah seperti precursor, katoda, sel baterai, battery pack, dan juga recycling dengan PLN. Di hulu oleh Antam dan MIND ID," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VII DPR RI, Selasa (09/02/2021).

Sebagai catatan, mayoritas saham emiten nikel ditutup menguat pada perdagangan Senin kemarin (22/2/2021).

Menurut data BEI, enam dari tujuh saham emiten nikel yang ditutup di zona hijau, HRUM, ANTM), TINS, INCO, NIKL dan PURE. Sementara itu, DKFT berada di zona merah.

Berikut pergerakan saham emiten nikel pada perdagangan Senin (22/2).

  1. Harum Energy (HRUM), saham +3,50% ke Rp 7.400, transaksi Rp 149,15 M
  2. Aneka Tambang (ANTM), +2,43% ke Rp 2.950, transaksi Rp 2,48 T
  3. Timah (TINS), +2,16% ke Rp 2.370, transaksi Rp 684,65 M
  4. Vale Indonesia (INCO), +1,58% ke Rp 6.425, transaksi Rp 403,89 M
  5. Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,08% ke Rp 1.410, transaksi Rp 4,92 M
  6. Trinitan Metals and Minerals (PURE), +0,60% ke Rp 167, transaksi Rp M
  7. Central Omega Resources (DKFT), -0,50% ke Rp 198, transaksi Rp 54,73 M

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular