Masih Pagi, Tiba-tiba Saham ANTM-INCO cs Tancap Gas

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
24 June 2021 10:10
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen nikel melonjak ke zona hijau pada awal perdagangan pagi ini, Kamis (24/6/2021). Kenaikan saham-saham tersebut berbarengan dengan harga nikel yang mulai merangkak naik kembali sejak sepekan lalu.

Selain itu, sentimen positif lainnya yang ikut mendorong saham-saham ini ialah mengenai kabar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang baru saja meresmikan operasi produksi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel.

Berikut gerak saham nikel pukul 09.36 WIB:

  1. Pelat Timah Nusantara (NIKL), saham +4,12%, ke Rp 1.390, transaksi Rp 4 M
  2. Central Omega Resources (DKFT), +1,99%, ke Rp 154, transaksi Rp 632 juta
  3. Harum Energy (HRUM), +1,98%, ke Rp 5.150, transaksi Rp 3 M
  4. Vale Indonesia (INCO), +0,92%, ke Rp 4.390, transaksi Rp 8 M
  5. Aneka Tambang (ANTM), +0,89%, ke Rp 2.270, transaksi Rp 27 M
  6. Timah (TINS), +0,68%, ke Rp 1.470, transaksi Rp 5 M
  7. Trinitan Metals and Minerals (PURE), 0,00%, ke Rp 115, transaksi Rp 344 juta

Saham NIKL menjadi yang paling menguat, yakni sebesar 4,12% ke Rp 1.390/saham. Dengan ini, saham NIKL sudah melaju kencang selama 3 hari beruntun. Dalam sepekan saham ini sudah melesat 18,72%, sementara dalam sebulan melejit 26,36%.

Saham INCO juga berhasil naik 0,92% ke Rp 4.390/saham. Saham INCO berhasil rebound setelah kemarin ambles 1,58%.

Selain itu, saham ANTM juga berhasil memantul lagi ke zona hijau setelah melompat 0,89% ke Rp 2.270/saham. Dalam sepekan saham ini masih terkoreksi 2,15%, sementara dalam sebulan turun 2,15%.

Adapun harga nikel kontrak 3 bulan di London Metal Exchange (LME) terus naik selama sepekan dengan persentase sebesar 3,19%. Adapun per Rabu (23/6), harga nikel berada di posisi US$ 17.869/ton naik 0,89% dari penutupan hari Selasa.

Sebelumnya, Menteri Luhut Binsar Pandjaitan baru saja meresmikan operasi produksi smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, kemarin, Rabu (23/06/2021).

Smelter HPAL ini dioperasikan oleh PT Halmahera Persada Lygend (HPL) dan diperkirakan memakan biaya mencapai lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).

Luhut mengatakan bahwa teknologi pengolahan untuk bijih nikel bisa melalui jalur RKEF (pirometalurgi) maupun HPAL (hidrometalurgi) seperti yang ada di Pulau Obi ini.

Proyek smelter nikel dengan teknologi HPAL ini akan banyak memanfaatkan bijih nikel dengan kadar yang lebih rendah (nikel limonit), yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia. Ini merupakan bagian dari optimasi atau peningkatan nilai tambah dari sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia.

Dengan nilai investasi smelter HPAL dari PT Halmahera Persada Lygend (HPL) ini lebih dari US$ 1 miliar, diharapkan akan dapat menjadi faktor pendorong dan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan di daerah, seperti peningkatan pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja lokal, pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dicuekin, Saham ANTM-INCO dkk Diam-diam Cuan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular