
Andalkan AI, Begini Strategi Transformasi Digital Bank Mega

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mega Tbk (MEGA) buka-bukaan soal strategi transformasi digital yang semakin ketat pada saat ini. Tak nanggung-nanggung, Bank Mega telah menggunakan dan akan terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Kita memerlukan teknologi AI. Dalam sektor perbankan ini AI sudah digunakan dan bisa digunakan di berbagai bidang, seperti akuisisi nasabah funding atau kredit," ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib dalam Public Expose 2021 yang digelar pada Rabu (17/2/2021).
Kostaman menjelaskan bahwa transformasi digital perlu didukung oleh big data dan AI. Bahkan dia mengakui bahwa idiom yang saat ini dipuja di internasional bahwa data is the new gold.
"Banyak perusahaan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, baik terstruktur atau tidak. Menurut saya data ini yang tidak dianalisa kurang bernilai. Data harus diproses dan dianalisa agar bernilai dan berkontribusi dalam profit perusahaan," ujar Kostaman.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa AI bisa dilakukan dalam digital marketing, customer management, hingga customer lifetime value management.
"Saat ini Bank Mega sudah ada chatbot yang menggantikan fungsi CS. Ini bisa digunakan untuk chatbot, collection hingga telemarketing. Ada juga risk management untuk mitigasi fraud dan juga anti money laundry," ujarnya.
Ke depan, tutur Kostaman, banyak bank dan perusahaan lain akan memanfaatkan teknologi AI untuk mengenal nasabah, handle nasabah, dan untuk meningkatkan revenue dan keuntungan perusahaan tersebut.
Saat ini Bank Mega telah dan akan terus mengembangkan aplikasi mobile banking bernama M-Smile atau Mega Smart Mobile. Aplikasi ini bisa digunakan untuk pembayaran secara cepat dengan mengandalkan Quick Response atau QR.
"Aplikasi ini dilengkapi dengan access lock biometric dan bisa transaksi tunai tanpa kartu, fitur beli dan bayar, split bill, hingga pengaturan limit," ujar Kostaman.
Selain itu, Bank Mega juga telah memiliki chatbot MILA yang memanfaatkan AI untuk memudahkan nasabah melakukan askes informasi. Bank Mega juga menggunakan aplikasi digital untuk keperluan internal, seperti kebutuhan pegawai.
Sebagai informasi, Bank Mega membukukan kenaikan laba bersih sebesar 50,2% pada tahun 2020 menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2 triliun. Kenaikan laba ini jauh melampaui kinerja industri perbankan yang anjlok minus 31% hingga November 2020.
"Pertumbuhan profit ini jauh lebih besar dengan rata-rata perbankan yang pada November yang malah turun -31%," ujar Kostaman Thayib.
Laba Bank Mega tersebut bahkan mendekati salah satu bank BUMN yang masuk kelompok Bank BUKU IV yang memiliki aset 8 kali lipat lebih besar. "Dibandingkan dengan bank BUKU III dan BUKU IV yang sudah mengeluarkan laporan keuangan, profit Bank Mega sementara di urutan keempat terbesar," ujar Kostaman.
Hal ini menunjukan pandemi Covid-19 turut menggerus kinerja hingga laba perbankan. Bahkan untuk laba sebelum pajak (profit before tax/ PBT) Bank Mega juga melampaui industri sebesar 48,1% menjadi Rp 3,7 triliun. Ini berbalik 180 derajat dari PBT industri yang anjlok 28,7% per November 2020.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kenaikan laba bersih ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2% dari sebelumnya 3,58 triliun. Sepanjang 2020, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 48,48 triliun, turun 8,54% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 53,01 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79% menjadi Rp 79,18 triliun dari sebelumnya Rp 72,79 triliun.
Adapun rasio kredit bermasalah/non performing loan (NPL) Bank Mega sepanjang 2020 secara gross turun menjadi 1,39% dari tahun lalu Rp 2,46%. Dari sisi permodalan, CAR perseroan masih cukup tebal, yakni 31,04% dengan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) di level 60,04%.
Hal ini membuat total aset MEGA naik menjadi Rp 112,20 triliun, naik 11% dari sebelumnya Rp 100,80 triliun. Nilai tersebut terdiri dari liabilitas sebesar Rp 94,99 triliun dan ekuitas sebesar Rp 18,20 triliun. Pertumbuhan aset Bank Mega pun melampaui industri yang hanya di posisi 7% pada 2020.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Melesat 50%, Kinerja Bank Mega 2020 Lampaui Industri
