
Efisiensi Meningkat, Bank Mega Cetak Rekor BOPO Terendah

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mega Tbk (MEGA) mencatatkan Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terus menurun selama tujuh tahun terakhir tepatnya sejak 2013 hingga 2020.
Pada 2013, BOPO Bank Mega tercatat 89,66%, lebih tinggi dibanding dengan BOPO industri perbankan yang kala itu berada di kisaran 74%. Namun, hingga tiga tahun kemudian, Bank Mega terus mencatat penurunan BOPO berada di angka 81,81%, hampir setara bahkan lebih rendah dengan industri perbankan yang di kisaran 82,22%.
Tahun-tahun selanjutnya, BOPO Bank Mega terus mengalami penurunan, di mana pada 2017 dan 2018 masing-masing berada di angka 81,28% dan terus turun menjadi 77,78%.
Selanjutnya BOPO Bank Mega semakin menurun hingga berada di angka 74,1% pada 2019 dan mencapai angka 65,94% hingga akhir Desember 2020. Angka ini jauh berada di level industri, di mana pada 2019, BOPO Industri perbankan berada di level 79,39% dan semakin meningkat pada Tahun 2020 yang mencapai 86,55%.
"Semakin rendah BOPO maka semakin efisien Bank Mega dalam melakukan kegiatan operasional. Rasio BOPI ini jauh lebih rendah dibandingkan perbankan yang naik 86%," ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib dalam public expose 2021 yang digelar pada Rabu (17/2/2021).
Seiring dengan penurunan BOPO ini, Bank Mega juga mencatat laba sebelum pajak yang naik sebesar 48,1% menjadi Rp 3,7 triliun. Ini berbalik 180 derajat dari laba industri yang turun 28,7% pada November 2020.
Sementara kenaikan laba bersih Bank Mega sebesar 50,2% pada tahun 2020 menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2 triliun. Kenaikan laba ini jauh melampaui kinerja industri perbankan yang anjlok minus 31% hingga November 2020.
"Pertumbuhan profit ini jauh lebih besar dengan rata-rata perbankan yang pada November yang malah turun -31%," ujar Kostaman
Aset Bank Mega juga melesat 11,3%, atau melampaui industri yang hanya naik 7,6% (per November). Artinya, kenaikan profitabilitas Bank Mega sejalan dengan kenaikan aset, yang menunjukkan kinerja mereka memang prima secara riil dan tak cuma hitungan di atas kertas.
Yang menarik juga, Bank Mega berhasil menjaga penyaluran kredit ke sektor yang selama ini mengalami pukulan terburuk di era pandemi, yakni ritel. Penyaluran kredit ritel Bank Mega mencapai Rp 1,22 triliun atau 100,7% dari RBB.
Di sisi lain, sektor korporasi yang merupakan tulang punggung (backbone) penyaluran kredit perseroan masih melesat 13,4% ke Rp 28,9 triliun. Bagi Bank Mega, porsi kredit korporasi mencapai 54% dari total kredit yang dikucurkan pada 2020.
Kredit korporasi juga masih tumbuh berdigit ganda, yakni sebesar 13,4%, menjadi Rp 26,2 triliun. Artinya, perseroan masih jeli mencari pelaku usaha yang masih ekspansif meski menghadapi pandemi.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lampaui Industri, Begini Kinerja Bank Mega di 2020