Saham Bank Mini Meroket, Jadi Bank Digital? Awas Kepeleset

Tim Riset, CNBC Indonesia
17 February 2021 10:27
Seorang pria mengamati layar pergerakan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/11/2020). Bursa Efek Indonesia mencatatkan pertumbuhan investor baru di bursa yang signifikan, dimana ada penambahan lebih dari 1 juta Single Investor Identification (SID) saham, reksa dana dan obligasi sehingga total investor sudah mencapai 3,5 juta. Digitalisasi di segala platform menjadi yang terpenting dan mengedukasi masyarakat agar semakin banyak yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga saham bank-bank mini bergerak liar pada perdagangan hari ini, Rabu (17/2/2020). Sentimen penggeraknya adalah konsolidasi perbankan sebagai konsekuensi dari aturan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan.

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 danminimal Rp 3 triliun tahun 2022.

Bank-bank dengan modal cekak harus mencari investor strategis untuk menyuntikkan modal. Beberapa bank kecil seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang sebelumnya bernama Bank Artos berakhir diakuisisi oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo. Sementara bank BUKU I lain yaitu PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) juga diakuisisi oleh Chairul Tanjung lewat PT Mega Corpora.

Rencananya kedua bank tersebut di bawah kepemilikan yang baru bakal disulap menjadi bank digital. Sentimen bank digital membuat kedua bank tersebut mengalami kenaikan nilai kapitalisasi pasar yang tajam. Hari ini bahkan saham ARTO kembali melesat.

Saham ARTO naik 12% dan kini berada di level Rp 8.850/unit. Harga saham ARTO bergerak liar jelang pelaksanaan right issue yang dijadawalkan bakal dilaksanakan pada bulan Februari ini.

Sentimen bank digital juga turut mengerek naik harga saham bank BUKU II yakni PT Bank Bumi Artha Tbk (BNBA) dan PT Bank Capital Tbk (BACA). Rumor yang beredar keduanya masuk radar induk usaha Shopee yaitu Sea Group. Desas - desus mengatakan bahwa Sea Group berencana untuk mengakuisisi salah satunya dan lagi-lagi bakal dipermak jadi bank digital untuk melayani Shopee.

Kedua saham bank bermodal kurang dari Rp 2 triliun ini naik sampai ke level auto reject atas (ARA), walaupun perdagangan baru berlangsung satu jam dari pembukaan. Menanggapi rumor yang beredar, manajemen BNBA membuat rilis yang ditujukan kepada otoritas bursa.

Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia ada dua poin utama yang disampaikan oleh perusahaan. Pertama adalah perusahaan baru mengetahui informasi atau berita yang dimaksud.

Kedua, BNBA mengatakan bahwa belum ada informasi/kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Bagi investor ritel yang sudah terlebih dahulu 'nyemplung' apalagi di harga yang tinggi, harap berhati-hati atas tindakan spekulatif yang dilakukan. Pastikan dulu ada informasi yang jelas dari pihak manajemen, sehingga dapat meminimalkan risiko 'nyangkut'.

Sementara itu saham bank lain yang juga tembus ARA adalah saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG). Pada 10.00 WIB harga saham BGTG melesat 35% ke level Rp 108/unit dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang ARA 25% di level Rp 520/unit.

Bank-bank mini lain yang melesat adalah PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) naik 34,92% ke level Rp 170/unit, PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) apresiasi 21,36% ke Rp 250/unit, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) loncat 12% ke Rp 336/unit, PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) melesat 13,3% ke level Rp 204/unit, dan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) naik 30% ke level Rp 104/unit.


(RCI/RCI)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular