
Disulap Jadi Bank Digital, Saham Bank Mini Naik Ribuan Persen

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar kini punya primadona baru. Mereka ini adalah saham-saham yang menyandang status sebagai calon bank digital. Hanya dalam waktu singkat, sentimen bank digital mampu membuat nilai kapitalisasi pasarnya meroket tajam.
Hal-hal yang berbau teknologi apalagi digital selalu menjadi sorotan. Banyaknya populasi masyarakat Indonesia yang belum tersentuh oleh layanan keuangan formal (underserved segment) tetapi memiliki akses internet dan ponsel cerdas menjadi potensi dan kesempatan besar bagi institusi keuangan untuk melebarkan sayapnya.
Konsep branchless banking atau bank digital dinilai bisa menjadi salah satu solusi keuangan di Tanah Air. Prospek yang cerah membuat pelaku usaha melirik bisnis ini. Tidak hanya perbankan saja yang berpartisipasi, tetapi para start up juga ikutan.
Kebijakan OJK yang menuntut bank-bank BUKU I untuk meningkatkan modal menjadi peluang dan dimanfaatkan oleh pelaku usaha. Aksi konsolidasi bank pun tak terelakkan. Mulai dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mengakuisisi 99,99% saham PT Bank Royal.
Kemudian disusul oleh duo Jerry Ng dan Patrick Walujo serta Gojek yang membeli saham PT Bank Artos Tbk (ARTO) dan merubahnya menjadi Bank Jago.
Hingga pengusaha kondang Tanah Air yaitu Chairul Tanjung yang mengakuisisi 73,71% kepemilikan saham PT Hakim Putra Perkasa di PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Semangatnya juga sama, yang tak lain dan tak bukan adalah menyulap bank-bank kecil menjadi bank digital yang lebih lincah (agile).
Bank-bank swasta non-publik yang juga ingin bertransformasi menjadi bank digital memanfaatkan momentum ini untuk mendapat suntikan dana segar dari investor lewat pasar modal. Sebut saja PT Bank Amar Tbk (AMAR) dan PT Bank Net Syariah Indonesia Tbk (BANK) yang belum lama IPO.
Hanya dalam waktu kurang dari satu bulan, harga saham bank-bank yang rencananya disulap menjadi bank digital ini melonjak. Saham BANK memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 705,76% sejak IPO awal Februari lalu.
Saham bank BUKU I ini sempat memperoleh pengawasan dari otoritas bursa karena pergerakan harganya yang liar dan selalu ditutup di level auto reject atas (ARA) sejak penawaran perdana.
Nama Bank | 1D | 1M | 3M | 6M | 1Y | YTD |
AMAR | 17.2 | 26.05 | -6.83 | -13.29 | -13.29 | 5.63 |
ARTO | 3.3 | 12.86 | 173.36 | 201.53 | 1436.79 | 83.72 |
BACA | 7.7 | 39.47 | 33.84 | 32.5 | 70.97 | 40.96 |
BANK | 23.8 | 705.76 | ||||
BBHI | 1.9 | 13.48 | 230.58 | 396.89 | 627.27 | 88.68 |
BBYB | 3 | 22.35 | 32.48 | 48.57 | 35.52 | 39.6 |
BNBA | 24.7 | 120.52 | 154.08 | 197.77 | 197.77 | 147.35 |
Sumber : Refinitiv
Paling baru ada saham Bank BUKU II yakni PT Bank Bumi Artha Tbk (BNBA) yang sudah tiga hari terakhir ditutup menyentuh level ARA.
Desas-desus yang beredar di kalangan pelaku pasar, BNBA masuk radar induk usaha Shopee yaitu Sea Group yang bermarkas di Singapura. Kabar burung menyebutkan BNBA akan diakuisi oleh Sea Group dan dipermak menjadi bank digital.
Kenaikan harga saham bank-bank kecil ini membuat valuasinya menjadi premium, kecuali BNBA. Meskipun sudah meroket 120% dalam satu bulan terakhir, harga saham BNBA di pasaran masih tergolong murah karena hanya 1,42x dari nilai bukunya (PBV). BNBA juga termasuk salah satu bank yang sehat dan konsisten dalam membagikan dividen.
Sementara itu saham yang valuasinya sudah tergolong sangat mahal adalah ARTO. Bank dengan aset hanya Rp 1,7 triliun ini ditransaksikan pada 71.38x dari nilai bukunya (PBV). Kapitalisasi pasar ARTO pun hampir tembus Rp 100 T.
Jika tembus kapitalisasi pasarnya sudah menyamai saham-saham blue chip. Padahal ARTO masih membukukan kerugian sebesar Rp 130 miliar pada 9M20.
Saham ARTO semakin menjadi incaran para pelaku pasar setelah Gojek lewat sayap bisnis keuangannya yaitu GoPay mengakuisisi 22% saham bank BUKU II ini Desember lalu.
Rencana ARTO yang akan menjadi bank digital Gojek menjadi katalis positif bagi harga sahamnya. Kendati valuasinya sudah sangat premium tetapi potensi pertumbuhan dari kinerja keuangan perusahaan juga tak bisa dianggap remeh.
Apalagi jika rumor Gojek yang akan merger dengan Tokopedia itu benar adanya. Akses terhadap funding dan pembiyaan dari ekosistem digital Gojek serta Tokopedia bukan main besarnya. Inilah yang membuat harga sahamnya bak naik ke puncak gunung.
Nama Bank | Mkt Cap (Rp T) | Equity (Rp T) | PBV (X) | Net Profit (Rp T) | Asset (Rp T) | ROE (%) | ROA (%) |
AMAR | 2.4 | 1.1 | 2.22 | 0.04 | 3.2 | 3.17 | 1.05 |
ARTO | 84.9 | 1.2 | 71.38 | -0.13 | 1.7 | -11.85 | -8.16 |
BACA | 3.7 | 1.6 | 2.27 | 0.08 | 19.2 | 4.93 | 0.42 |
BANK | 114.6 | 0.6 | 24.56 | 0.08 | 0.72 | 12.98 | 10.8 |
BBHI | 3.3 | 0.36 | 9.2 | 0.06 | 2.1 | 17.91 | 3.03 |
BBYB | 2.7 | 1.1 | 2.47 | 0.0006 | 4.3 | 0.52 | 0.13 |
BNBA | 2.1 | 1.5 | 1.42 | 0.004 | 8 | 2.7 | 0.5 |
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Non-Audit (Annualized), CNBC Indonesia Analysis
Mengingat bank-bank yang akan dijadikan digital banking adalah bank-bank kecil wajar saja bila modal inti dan asetnya masih sangat kecil. Boleh dibilang dengan fundamental yang ada valuasi sahamnya tergolong premium untuk saat ini. Namun hal yang tak boleh dilupakan juga adalah prospek pertumbuhannya di masa depan.
Pangamat pasar modal dan Dosen Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB), Erman Sumirat saat ini perhitungan valuasi saham-saham menggunakan teknologi sebagai backbone bisnis banyak divaluasi dengan pendekatan Gross Merchant Value (GMV).
Padahal, kata Erman, investor publik yang mau berinvestasi di saham tersebut tidak hanya melihat GMV sebagai patokan, melainkan fundamental keuangan secara lebih mendalam beserta analisis model bisnis yang berkelanjutan.
"Investor publik retail harus melihat prospektus secara mendetail seperti neraca, laporan arus kas, rugi laba walaupun prospek dan pertumbuhan gross merchant value (GMV) dari perusahaan ini sangat besar. Di situ kuncinya," tukas Erman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Efek Digital Banking, 5.000 Kantor Bank Ditutup