Gojek-Tokopedia IPO, Market Cap di Bawah BBRI & di Atas TLKM

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 February 2021 16:58
Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengenai mega merger Tokopedia dengan Gojek belakangan ini membuat pelaku pasar saham antusias. Kehadiran unicorn dan decacorn di Bursa Efek Indonesia diyakini akan mengundang lebih banyak modal asing masuk. 

Sebelumnya, Bloomberg memperkirakan, potensi merger keduanya berpotensi menghasilkan nilai kapitalisasi pasar senilai US$ 35 miliar sampai dengan US$ 40 miliar atau kisaran Rp 490 triliun - Rp 560 triliun dengan kurs Rp 14.000 per US$.

Rencana IPO ini juga terendus mengenai kabar potensi merger antara Gojek dengan Tokopedia kian dekat. Bloomberg sebelumnya menuliskan, kedua perusahaan sedang mendiskusikan berbagai skenario dengan tujuan akhir mencatatkan saham perdana perusahaan gabungan ini atau initial public offering (IPO) di bursa saham saham Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.

Gabungan kedua perusahaan ini akan menciptakan perusahaan raksasa internet Indonesia yang menguasai sektor ride-hailing, pembayaran digital, belanja online dan pengiriman.

Salah satu sumber dalam artikel tersebut membisikkan, setelah merger valuasi perusahaan gabungan ini akan mencapai US$35 miliar hingga US$ 40 miliar. Menurut CB Insights, saat ini valuasi Gojek mencapai US$ 10 miliar dan Tokopedia US$ 7 miliar.

Dalam riset yang dipublikasikan CLSA Sekuritas, dengan market cap tersebut membuat valuasi Gojek-Tokopedia berada di urutan ketiga setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap Rp 855,53 dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 576,03 triliun.

Nilai tersebut di atas market cap saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang mencapai Rp 317 triliun. 

"Gojek-Tokopedia berpotensi melakukan dual listing di bursa Indonesia dan AS," tulis riset tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (16/2/2021).

Merger ini nantinya akan menguatkan kemampuan logistik Tokopedia, menguatkan segmen makanan segar, sebagai salah satu segmen yang berkembang, dan keunggulan dalam mengembangkan B2B business dengan portofolio bisnis e-commerce, ride-hailing, food delivery, fintech, dan perbankan digital.

Sementara itu, Head of Research PT Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy menilai, dampak masuknya Gojek-Tokopedia ke pasar modal domestik akan cukup positif dari sisi valuasi. Dengan begitu, perusahaan gabungan ini juga akan menjadi bahan pertimbangan bagi otoritas bursa ke dalam indeks LQ45.

"Tentunya ini akan menjadi salah satu pertimbangan bursa juga untuk memasukkannya ke dalam anggota indeks LQ45. apabila demikian, maka tidak perlu khawatir dengan tingkat serapan, karena para manajer investasi sudah tentu akan wajib memasukkannya ke dalam daftar saham kelolaan," katanya kepada CNBC Indonesia.

Pangamat pasar modal dan Dosen Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB), Erman Sumirat juga menuturkan, dari sisi valuasi, kedua perusahaan ini sangat besar bisa mencapai sekitar US$ 30 miliar sampai dengan US$ 50 miliar.

Jika keduanya melangsungkan IPO, maka yang akan diuntungkan dalah private equity dan perusahaan yang sudah berinvestasi sebelum IPO.

Besarnya dana yang dihimpun dari aksi korporasi ini juga tak akan cukup jika hanya diserap di dalam negeri, sehingga opsi mencatatkan saham di luar negeri harus dilakukan.

"Dual listing bisa dilakukan di dalam negeri dan NYSE [New York Stock Exchange]," kata Erman.

Tak hanya itu, bila melihat tren IPO perusahaan rintisan di negara lain seperti Uber, trennya justru terus mengalami penurunan setelah IPO karena secara fundamental, terutama profitabilitas belum cukup teruji.

Oleh sebab itu, Erman menyarankan agar investor publik yang mau berinvestasi di saham tersebut tidak hanya melihat Gross Merchant Value (GMV) sebagai patokan, melainkan fundamental keuangan secara lebih mendalam beserta analisis model bisnis yang berkelanjutan.

"Investor publik retail harus melihat prospektus secara mendetail seperti neraca, laporan arus kas, rugi laba walaupun prospek dan pertumbuhan gross merchant value (GMV) dari perusahaan ini sangat besar. Di situ kuncinya," tukas Erman.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Adakah Potensi Cuan di Balik Angka Kerugian GoTo?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular