Harga CPO Gak Ada Matinya, Tetap Kokoh di Atas RM 3.600/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 February 2021 11:45
Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Minyak Crude Palm Oil (CPO) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga minyak nabati global membuat harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Negeri Jiran ikut terbang. Harga kontrak futures (berjangka) yang aktif diperjualbelikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange melesat 3% di awal perdagangan. 

Rabu (17/2/2021), harga CPO kontrak pengiriman Mei naik RM 107 ke RM 3.642/ton pada 10.25 WIB. Kenaikan harga CPO mengekor naiknya harga minyak nabati lainnya. Salah satunya adalah harga minyak kanola yang terbang dan mendekati rekor tertingginya sepanjang sejarah sejak 2008.

Minyak sawit, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak kanola bersaing di pasar yang sama. Sehingga kenaikan harga salah satunya berpotensi memicu terjadianya apresiasi harga pada minyak nabati lain.

Salah satu penopang utama kenaikan minyak nabati adalah berkurangnya stok global. Penurunan persediaan minyak nabati terutama minyak sawit diakibatkan oleh penurunan output serta kenaikan permintaan. 

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan indeks harga minyak nabati global di Januari 2021 menguat ke level tertingginya sejak Mei 2012. Kontribusi terbesar kenaikan indeks berasal dari harga minyak sawit, kedelai dan biji bunga matahari yang lebih tinggi.

Produksi sawit di Malaysia dan Indonesia sebagai produsen utama di kancah internasional akibat curah hujan yang lebat membuat harga terkerek naik. Ekspor minyak sawit Malaysia bulan Januari sempat drop. Namun Kenanga Research memperkirakan ekspor akan kembali melonjak di bulan Februari ini.

Ekspor diperkirakan naik 28,3% ke 1,22 juta ton. Sementara itu produksi diperkirakan naik 12,2% (mom) dibanding Januari ke 1,26 juta ton sehingga ada potensi penurunan stok 4,5% menjadi 1,26 juta ton.

Harga minyak mentah yang tetap bertengger di US$ 60/barel dan berada di posisi tertingginya dalam satu tahun terakhir juga menjadi katalis positif bagi minyak nabati. Maklum minyak nabati juga digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

Biodiesel sendiri merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti minyak mentah seperti bensin yang dinilai lebih ramah lingkungan. Kenaikan harga minyak membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kompetitif.

Kendati terhambat Covid-19, produksi dan implementasi program biodiesel di Malaysia dan Indonesia berpotensi mengerek permintaan minyak sawit untuk kebutuhan non-pangan sehingga berpengaruh pada harga yang lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Konsumsi Biodiesel RI Masih Lemah, Harga CPO Drop, tapi...

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular