
Konsumsi Biodiesel RI Masih Lemah, Harga CPO Drop, tapi...

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) melorot pada perdagangan hari ini, Kamis (15/10/2020). Namun ke depan harga minyak sawit diperkirakan justru bakal mengalami kenaikan seiring dengan adanya ancaman penurunan output (produksi) akibat fenomena La Nina.
Kamis (15/10/2020), harga CPO untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatif Exchange melemah 0,6% dibanding posisi penutupan kemarin ke RM 2.971/ton.
Koreksi harga CPO kali ini dipicu oleh adanya sentimen negatif seputar impor minyak sawit Negeri Jiran yang diperkirakan turun dan konsumsi biodiesel di Indonesia yang lambat dan kemungkinan tak mencapai target tahun ini.
Investor dan trader kali ini menunggu rilis data survei ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-15 Oktober.
Namun berdasarkan rumor yang beredar di kalangan para trader, ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang bulan ini mengalami penurunan 2% - 3,2% dari bulan sebelumnya.
Beralih ke dalam negeri, dalam mandat program B30, target konsumsi bahan bakar nabati tersebut untuk tahun ini dipatok 9,6 juta kilo liter. Namun sampai dengan September konsumsinya baru 6,17 juta ton atau 64% dari target.
Selagi mobilitas dan aktivitas ekonomi masih lambat, maka kebutuhan energi belum akan pulih ke level normal. Artinya konsumsi bahan bakar baik di dalam maupun luar negeri belum bisa banyak diharapkan.
"Berita tentang konsumsi biodiesel Indonesia tidak begitu bersahabat dan akan membatasi kenaikan harga minyak sawit mentah," kata seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur kepada Reuters.
Namun dengan adanya ancaman La Nina yang berpotensi menurunkan output di tengah potensi kenaikan permintaan impor dari berbagai negara terutama China yang semakin dekat dengan tahun baru serta India yang bakal merayakan Diwali November nanti turut mengerek harga.
La Nina merupakan fenomena iklim yang melanda kawasan tropis Pasifik dan menyebabkan intensitas hujan yang lebih tinggi dan deras. Berkaca pada pengalaman yang sudah terjadi, fenomena La Nina umumnya dibarengi dengan maraknya banjir di Indonesia dan Malaysia.
Banjir selain mengakibatkan gangguan pada aktivitas panen untuk komoditas pertanian juga bisa merusak stok sehingga tidak hanya harga CPO dan turunannya saja yang akan terkerek naik tetapi juga komoditas pertanian lainnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan yang tinggi akibat La Nina ini bakal berlangsung sampai akhir tahun bahkan bisa sampai April tahun depan.
Terkait seberapa tinggi harga CPO akan terkerek juga tergantung dari permintaan baik domestik dan ekspor yang akan berpengaruh pada stok akhir minyak sawit. Sebagai informasi, ekspor minyak nabati dan hewani Indonesia menyumbang pangsa ekspor non-migas terbesar.
Pada periode Januari-Agustus 2020, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pangsa ekspor minyak nabati dan hewani RI terhadap total ekspor non-migas mencapai 12,4% atau senilai US$ 12,14 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meroket! Industri Sawit Happy, Harga CPO di Atas RM 3.000/ton