
Harga Minyak Mantap di US$ 60, CPO Tembus RM 3.600/ton

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak baru minyak sawit mentah (CPO) pengiriman bulan Mei 2021 melesat signifikan. Hingga sesi istirahat siang kontrak yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange tersebut naik 2,16%.
Harga kontrak futures (berjangka) CPO Negeri Jiran kini ditransaksikan di RM 3.600/ton. Penguatan harga CPO juga mengekor kenaikan harga minyak nabati lain dan minyak mentah.
Harga kontrak minyak mentah kini mantap berada di US$ 60/barel. Minyak nabati seperti CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi bahan bakar alternatif minyak. Oleh sebab itu harga minyak dan CPO cenderung punya korelasi positif.
Artinya ketika ada kenaikan harga minyak, harga CPO pun berpotensi terkerek naik. Begitu juga sebaliknya.
Pada akhir Januari stok minyak sawit Negeri Jiran drop 4,8% menjadi 1,33 juta ton. Estimasi analis stok akhir Januari hanya akan naik ke 1,29 juta ton. Kenaikan persediaan minyak sawit diakibatkan oleh penurunan ekspor yang signifikan.
Ekspor minyak nabati unggulan Indonesia dan Malaysia turun 917 ribu ton Januari lalu atau 41,7% (mom) lebih rendah dibanding bulan Desember 2020. Penurunan permintaan dari India berkontribusi besar terhadap anjloknya ekspor.
Namun adanya potensi kenaikan ekspor di bulan Februari yang berpotensi mengerek turun stok minyak sawit mulai diantisipasi oleh pelaku pasar. Harga CPO pun ikut terdongkrak.
Kenanga Research memproyeksikan produksi bulan Februari akan naik 12,2% (mom) dibanding Januari ke 1,26 juta ton. Ekspor diperkirakan naik 28,3% ke 1,22 juta ton sehingga ada potensi penurunan stok 4,5% menjadi 1,26 juta ton.
Di tengah sentimen positif yang ada di pasar, terselip satu kabar kurang mengenakkan. Kali ini datangnya dari India. Reuters melaporkan India telah menaikkan harga dasar impor minyak sawit mentah sebesar US$ 32 menjadi US$ 1.045 per ton.
Namun harga CPO diramal masih akan kokoh hingga kuartal pertama tahun ini. Harga baru akan melorot pada paruh kedua 2021 seiring dengan potensi peningkatan output di negara-negara produsen seperti RI dan Malaysia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Kurang Sedap dari Malaysia, Harga CPO Drop 1% Lebih