
Neraca Dagang Surplus, 5 Saham Big Cap Ramai Dilepas Asing!

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing mencatatkan jual bersih pada perdagangan sesi I, Senin (15/2/2021) di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah laporan neraca perdagangan per Januari oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Data BEI mencatat, IHSG ditutup melesat 0,82% pada perdagangan sesi pertama ke level 6.273,83. IHSG sempat melesat ke level tertinggi 6.283 dan terendah 6.244.
Nilai transaksi siang ini sebesar Rp 7,2 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 284,90 miliar di pasar reguler. Ada sebanyak 294 saham melesat, 174 terkoreksi, sisanya 157 stagnan.
Berikut saham-saham yang banyak dilepas asing, terutama saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) besar di atas Rp 100 triliun (big cap).
5 Top Net Foreign Sell (Reguler) Sesi I Senin (15/2)
1. Astra International (ASII), net sell Rp 328 M, saham +2,99% Rp 6.025. Market cap Rp 244 T
2. Bank Central Asia (BBCA), net sell Rp 76 M, saham -0,07% Rp 34.375, market cap Rp 848 T
3. Bank Mandiri (BMRI), net sell Rp 23 M, saham +0,38% Rp 6.525, market cap Rp 305 T
4. Vale Indonesia (INCO), net sell Rp 12 M, saham -0,78% Rp 6.325, market cap Rp 63 T
5. Gudang Garam (GGRM), net sell Rp 7 M, saham +0,13% Rp 38.775, market cap Rp 75 T
Adapun dua saham big cap lain yang juga masuk net sell asing, kendati tak begitu besar, yakni pertama PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 5 miliar dengan harga saham minus 0,70% Rp 7.125/saham dan kapitalisasi pasar Rp 272 triliun.
Kedua, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan net sell Rp 3 miliar, saham naik 0,28% Rp 9.000 dan market cap Rp105 triliun.
Siang tadi, BPS mengumumkan kinerja perdagangan internasional Indonesia periode Januari 2021. Hasilnya cukup memuaskan di mana neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mencatat surplus. Impor masih mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif), sementara ekspor tumbuh cukup tinggi.
Pada Senin (15/2/2021), Kepala BPS Suhariyanto melaporkan nilai impor bulan lalu adalah US$ 13,34 miliar, turun 6,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 15,3 miliar, maka neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 1,96 miliar. Surplus neraca perdagangan sudah terjadi selama 9 bulan beruntun.
"Terjadi penurunan impor migas 21,9% YoY dan barang non-migas sebesar 4% YoY. Ekspor naik bagus, impor masih kontraksi 6,49% YoY," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto dalam laporannya.
"Harga minyak mentah Indonesia pada Desember adalah US$ 47,78/barel Januari naik menjadi US$ 53,17/barel, meski terhadap Januari 2020 turun 18,86%. Komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup secara MtM [month to month] besar adalah batu bara, nikel, timah, dan juga emas. Harga batu bara bahkan secara YoY meningkat 24,65%," kata Kecuk.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Dalam Sebulan Asing Belanja Lebih Rp 1 T di 5 Saham Ini
