Pasar Saham Bangkit Lagi, Harga Mayoritas SBN Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
08 February 2021 18:35
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta,CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (5/2/2021) mayoritas ditutup melemah, di tengah mulai membaiknya sentimen pasar saham global maupun dalam negeri.

Hampir seluruh tenor SBN cenderung dilepas oleh investor, yang ditandai dengan kenaikan imbal hasilnya (yield), kecuali yield SBN berseri FR0039 dengan tenor 3 tahun dan SBN dengan seri FR0067 berjatuh tempo 25 tahun yang cenderung stagnan pada hari ini

Sedangkan, yield SBN dengan seri FR0082 bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara naik 4,8 basis poin (bps) ke level 6,24%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Gejolak di pasar saham global, regional maupun dalam negeri mulai mereda, sehingga investor cenderung melepas obligasi dan mulai beralih ke pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ini ditutup menguat hampir menyentuh 1%, atau lebih tepatnya menguat 0,93% ke level 6.208,87.

Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang seringkali dinilai sebagai aset safe haven. Ia diburu ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi sedang buruk, dan sebaliknya ditinggalkan ketika investor berani masuk ke bursa saham karena ekonomi dinilai aman.

Selain itu, beberapa sentimen positif datang dari luar negeri maupun dalam negeri. Di dalam negeri, rilis data indeks manajer pembelian (Purchasing Manager' Index/PMI) pada pekan lalu yang cukup bagus masih menjadi penopang kenaikan yield SBN.

IHS Markit pada Senin (1/2/2021) pekan lalu melaporkan aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia periode Januari 2021 sebesar 52,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang memasuki masa ekspansi.

Yang bagus dari ekspansi tersebut adalah terjadi saat berlangsung Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang dikhawatirkan membuat pemulihan ekonomi melambat. Namun  nyatanya sektor manufaktur Indonesia justru semakin berekspansi.

Sementara di luar negeri, dari Amerika Serikat (AS), harapan akan adanya kesepakatan rencana stimulus di AS terus meningkat setelah Senat dan DPR AS meloloskan resolusi anggaran pada Jumat, yang memulai proses rekonsiliasi yang bakal memuluskan Presiden Joe Biden mengeluarkan stimulus senilai US$ 1,9 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tahan Suku Bunga, Harga SBN Kompak Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular