
Berbeda Arah dari Saham, Harga SBN Lanjutkan Penguatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Jumat (16/10/2020) akhir pekan ini kembali ditutup menguat, di tengah koreksi bursa saham di Indonesia menyusul lonjakan kasus Corona di Benua Eropa. Pemodal cenderung memilih posisi aman di tengah besarnya risiko ketakpastian.
Mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini, kecuali SBN bertenor 1 tahun yang cenderung dilepas oleh investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, namun tidak untuk yield SBN tenor 1 tahun yang menguat tajam, yakni 80,5 basis poin ke level 4,177%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara turun 5,8 basis poin ke level 6,759% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Penurunan yield terbesar tercatat di SBN bertenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara. Sedangkan, penurunan yield terkecil masih terjadi pada SBN berjatuh tempo 30 tahun yang turun 1,1 basis poin ke 7,429%.
Harga SBN yang menguat dan yield SBN yang turun membuktikan bahwa investor masih memburu instrumen ini di tengah profit taking investor saham. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah meski cenderung tipis, sekaligus mengakhiri tren penguatan yang sudah dibentuk dalam 8 hari berturut-turut.
Sementara itu, sentimen dari global juga mempengaruhi pergerakan pasar keuangan dalam negeri. Pelaku pasar di New York cemas melihat data ketenagakerjaan terbaru di Negeri Paman Sam.
Klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat (AS) pada pekan yang berakhir 10 Oktober tercatat 898.000, naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 845.000. Juga lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 825.000.
Data ekonomi lain juga membuat investor kecewa. Angka pembacaan awal indeks kondisi bisnis keluaran Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang New York periode Oktober 2020 adalah sebesar 32,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 40,3.
Dari benua Biru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 15 Oktober adalah 7.406.193 orang. Bertambah 131.726 orang (1,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Tambahan 131.726 orang pasien baru dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mewabah di Eropa. Sedangkan pertumbuhan 1,81% menjadi yang tercepat sejak 10 Oktober.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Tahan Suku Bunga, Harga SBN Kompak Menguat