Dear Rupiah, Apa Bisa Tahan Lama di Bawah Rp 14.000/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 February 2021 17:10
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Terus terpangkasnya posisi long rupiah terjadi akibat kasus positif virus corona (Covid-19) yang terus menanjak. Padahal pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama 1 bulan terakhir. PPKM kini kembali diperpanjang, tetapi sedikit ada pelonggaran dan disebut PPKM Mikro.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan sejak pertengahan bulan lalu tidak efektif menekan angka kasus Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam rapat terbatas tentang Pendisiplinan Melawan Covid-19 di Istana Bogor, Jumat (29/01/2021) yang dirilis dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (31/01/2021).

"Berkaitan dengan PPKM 11 Januari-25 Januari, kita harus ngomong apa adanya, ini tidak efektif. Mobilitas juga masih tinggi, kita memiliki indeks mobility-nya ada, sehingga di beberapa Provinsi Covid nya tetap naik," tutur Jokowi dengan nada tinggi.

Menurutnya, kebijakan ini tidak efektif karena implementasi di lapangan tidak tegas, sehingga esensi dari pembatasan kegiatan masyarakat ini tidak terlihat dan tidak menurunkan mobilitas di lapangan.

Selama 1 bulan pelaksanaan PPKM, rata-rata penambahan kasus per hari mencapai 11.779 orang. Rata-rata tersebut meningkat tajam dibandingkan sebulan sebelumnya sebanyak 7.622 kasus per hari.

Total, hingga 7 Februari lalu jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.157.837 kasus.

Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat para investor khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terganggu. Apalagi Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) global tahun 2021 tumbuh 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Namun, IMF justru merevisi turun prospek pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 4,8% untuk 2021. Lebih rendah 1,3 poin persentase dibanding perkiraan pada Oktober tahun lalu.

Sebelum IMF, Bank Dunia sebelumnya juga menurunkan proyeksi PBD Indonesia. Bank Dunia kini memperkirakan PDB RI untuk tahun 2021 bakal tumbuh 4,4%. Angka tersebut direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase dari ramalan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular