
Dear Rupiah, Apa Bisa Tahan Lama di Bawah Rp 14.000/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menembus ke bawah Rp 14.000/US$ pada perdagangan Senin (8/2/2021). Sejak awal tahun ini, rupiah sudah 3 kali menembus level psikologis tersebut, tetapi selalu tidak tahan lama.
Melansir data Refinitiv, rupiah hari ini menguat 0,18% ke Rp 13.995/US$ di pasar spot. Sebelumnya, menembus Rp 14.000/US$, bahkan mencapai Rp 13.885/US$ pada 4 Januari lalu. Tetapi 5 hari perdagangan setelahnya kembali ke atas Rp 14.000/US$.
Rupiah berhasil menembus lagi level psikologis tersebut pada 21 Januari lalu, tetapi hanya berumur sehari saja. Baru hari ini, rupiah kembali ke bawah Rp 14.000/US$.
Salah satu faktor yang membuat rupiah sulit tahan lama di bawah Rp 14.000/US$ adalah masih tingginya penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia.
Hal tersebut, ditunjukkan oleh survei 2 mingguan Reuters, dimana daya tarik rupiah menjadi menurun.
Survei tersebut menunjukkan para pelaku pasar masih mengambil posisi beli (long) rupiah tetapi porsinya terus menurun.
Survei yang dilakukan secara 2 mingguan tersebut melihat posisi yang diambil pelaku pasar terhadap 9 mata uang utama Asia melawan dolar AS.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (28/1/2021), menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long terhadap rupiah, meski nilainya terus menurun dari survei-survei sebelumnya.
Nilai posisi long untuk rupiah saat ini -0,41%, turun dari hasil survei sebelumnya -0,57%. Bahkan posisi long rupiah sudah menurun dalam 4 survei beruntun.
Berkaca dari survei sepanjang tahun lalu, yang konsisten dengan pergerakan rupiah, maka risiko pelemahan kini semakin meningkat.
Pada awal tahun 2020, rupiah juga menunjukkan kinerja impresif melawan dolar AS, namun di akhir Januari mulai meredup hingga akhirnya terpuruk.
Kala itu, di awal tahun investor dalam survei Reuters mengambil posisi long, yang perlahan terpangkas hingga akhirnya berbalik menjadi short, dan rupiah akhirnya KO.
HALAMAN SELANJUTYNYA >>> PPKM Tak Efekif, Kasus Covid-19 Terus Menanjak
