
Simak 7 Kabar Pasar Ini, Sambil Tunggu Rilis PDB RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,48% ke level 6.107,21 poin pada perdagangan Kamis kemarin. Meski sempat menyentuh level 6.069,55, IHSG berhasil kembali bangkit menguat hingga perdagangan berakhir.
Data perdagangan menunjukkan nilai transaksi sebesar Rp 15,32 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,39 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 609,12 miliar.
Pada Jumat ini, pelaku pasar akan menantikan rilis data perekonomian mengenai Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang tahun 2020 yang diperkirakan akan tumbuh negatif.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Jumat ini (5/2/22021):
1. Pertamina Siap IPO Anak Usaha di Q4
Manajemen BUMN minyak dan gas, PT Pertamina (Persero) berencana mencatatkan salah satu unit usahanya ke lantai bursa saham Indonesia pada kuartal ketiga atau kuartal keempat 2021 ini.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam acara "Energy Outlook 2021: Bedah Nasib Sektor Energi di Tengah Ketidakpastian", yang digelar CNBC Indonesia, Kamis (04/02/2021).
"Di Q3-Q4 akan IPO salah satu unit bisnis kami, sehingga bisa meningkatkan transparansi unit usaha Pertamina ke depan," tutur Nicke.
Namun sayangnya Nicketidak menyampaikan unit usaha mana yang akan melantai ke bursa saham. Sebetulnya, wacana IPO anak usaha Pertamina sudah mengemuka sejak tahun lalu dalam rapat kerja antara Pertamina dengan parlemen.
2. PPRO Tunda Penerbitan Obligasi Rp 300 M, Ada Apa?
Emiten pengembang properti BUMN, PT PP Properti Tbk (PPRO) mengumumkan penundaan rencana penerbitan obligasi korporasi dengan nilai emisi yang dihimpun sebesar Rp 300 miliar. Penerbitan ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan II PPRO dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp 2,40 triliun. Namun, yang sudah terealisasi di tahap pertama sebesar Rp 416,46 miliar.
Berdasarkan pengumuman yang dipublikasikan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada Rabu (3/2/2021), PPRO telah menyampaikan surat perihal penundaan penerbitan obligasi ini melalui surat No. 074/EXT/ DIR/ PPRO/2021 tanggal 2 Februari 2021 perihal Perubahan jadwal emisi obligasi.
"Bersama ini kami sampaikan bahwa pelaksanaan pendistribusian Obligasi Berkelanjutan II PP Properti Tahap II Tahun 2021 yang semula akan dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2021 ditunda sampai dengan pemberitahuan lebih lanjut," tulis KSEI.
Seperti diketahui, obligasi berkelanjutan ini akan ditawarkan sebesar Rp 300 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 10,70% per tahun dengan jangka waktu 370 hari kalender sejak obligasi tersebut diterbitkan. Obligasi ini dijamin secara kesanggupan penuh (full commitment).
3. 2020 Berat, Laba Bisnis Konsumer Unilever Drop Jadi Rp 94 T
Perusahaan konsumer global, Unilever PLC, yang tercatat di Bursa London, membukukan laba bersih secara tahunan di bisnis konsumer sebesar 5,6 miliar euro atau setara US$ 6,7 miliar di 2020.
Jika memakai kurs Rp 16,846/euro, laba tersebut setara dengan Rp 94,34 triliun.
Berdasarkan pengumuman resmi, dikutip AFP, Kamis (4/2/2021), manajemen Unilever menyatakan laba bersih tahunan bisnis konsumer tersebut turun seiring dengan tahun yang bergejolak bagi bisnis perusahaan di tengah pandemi Covid-19. Laba bersih bisnis konsumer Unilever tahun 2020 turun 0,8% dari 2019.
"Di tahun yang bergejolak dan tidak dapat diprediksi ini, kami telah menunjukkan ketahanan Unilever melalui pandemi Covid-19," kata CEO Unilever Alan Jope.
4. Lunasi Utang, Tunas Baru Lampung Rilis Obligasi Lagi Rp 5,9 T
Emiten perkebunan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) akan menerbitkan obligasi global senilai US$ 400 juta atau setara dengan Rp 5,97 triliun dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia Rp 14.918/US$ per 30 September 2020.
Penerbitan ini akan dilakukan melalui anak usahanya TBLA International Pte. Ltd yang ditujukan untuk pembayaran kewajiban perusahaan.
Dana hasil penerbitan surat ini rencananya akan digunakan untuk melakukan pembelian kembali (buyback) dan/atau melunasi obligasi TBLA International sebelumnya yang senilai US$ 250 juta dengan tingkat bunga 7% yang akan jatuh tempo pada 2023 mendatang.
Selain itu perusahaan juga berencana untuk melunasi utang Obligasi Berkelanjutan TBLA senilai Rp 1,5 triliun yang akan jatuh tempo pada 2023 dan 2025.