
IHSG Sempat 'Ngamuk' & Masih Bertahan di 6.000, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal perdagangan Selasa ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat cukup signifikan dan sempat menyentuh level 6.157,25 poin. Katalis utamanya, kenaikan indeks Dow Jones dan perkembangan terbaru mengenai kedatangan vaksin Sinovac tahap keempat sebanyak 11 juta dosis yang tiba di Indonesia.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (2/2/2021), IHSG terkoreksi 0,39% ke level 6.043 nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai Rp 17,54 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,7 juta kali. Meski demikian, investor asing melakukan aksi jual cukup besar yakni Rp 530,56 miliar.
Head of Research, RHB Sekuritas Indonesia, Andrew Wijaya menilai ada beberapa penyebab yang mendorong IHSG kembali ke tren penguatan dan bertahan di level 6.000.
Pertama, kata dia, secara valuasi, bursa saham domestik sudah cukup menarik dan sempat menyentuh level tertingginya pada 13 Januari kemarin. Secara valuasi, saat ini IHSG berada di level sebesar 14-15 kali rolling fordward P/E, dengan minus 2 dari standar deviasi.
"Itu tandanya valuasi sudah murah, sehingga terjadi rebound di IHSG," katanya kepada CNBC Indonesia.
Di sisi lain, kata Andrew, RHB Sekuritas meyakini, level psikologis IHSG sampai dengan penghujung tahun ini akan mencapai level 7.000 poin, meski mencapai level resistance tersebut tidak semulus yang dibayangkan.
Pasalnya, investor akan mencermati rilis kinerja pertumbuhan ekonomi nasional, terutama di kuartal empat 2020 dan kuartal pertama tahun ini yang diproyeksikan masih akan melambat sebagai imbas dari kebijakan pembatasan sosial di Jawa dan Bali yang diperpanjang sampai dengan 8 Februari 2021.
"Berlakunya PSBB diperketat di Jawa - Bali menyebabkan kemungkinan aktivitas ekonomi melambat dan kemungkinan angka pertumbuhan ekonomi melambat," ujar dia.
Meski demikian, kabar baiknya, berdasarkan data Indeks PMI, pada Januari sudah mengindikasikan adanya pemulihan menjadi 52,52 dari posisi Desember di kisaran 51,3. Hal ini menunjukkan, di tengah pembatasan kegiatan masyarakat, angka produksi manufaktur di Indonesia masih bertumbuh.
Katalis selanjutnya adalah progress vaksinasi pada semester kedua yang diyakini sudah lebih banyak didistribusikan kepada masyarakat umum. Hal ini akan berdampak pada membaiknya pertumbuhan ekonomi jika aktivitas masyarakat kembali pulih dan pelonggaran kebijakan pembatasan akvititas ekonomi yang diterapkan sebelumnya.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak Sederet Informasi Ini Sebelum Berburu Cuan Saat Pandemi