Bangkit dari Keterpurukan, Yuk Simak 9 Kabar Pasar Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 February 2021 08:36
Ilustrasi IHSG
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (29/1/2021) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam sebesar 1,95% ke level 5.862,35 poin. Pelemahan terjadi di tengah tekanan jual yang cukup signfikan.

Bahkan, dalam sepekan terakhir, IHSG terkoreksi 7,05% di antaranya sebagai imbas dari kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi mencapai Rp 16,65 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,30 juta kali. Adapun, pelaku pasar asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 921,78 miliar.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi di hari pertama bulan Februari ini:

1.Digugat Kontraktor AEON Rp 7,5 M, Sentul City Berstatus PKPU

Emiten properti PT Sentul City Tbk (BKSL) saat ini berada dalam status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sementara setelah digugat oleh perusahaan kontraktor baja dan alumunium, PT Prakasaguna Ciptapratama.

Prakasaguna Ciptapratama merupakan kontraktor yang melaksanakan proyek AEON di kawasan Sentul City. Gugatan ini dilatarbelakangi utang jatuh tempo yang belum dibayarkan Sentul City kepada kontraktor sebesar Rp 7,53 miliar.

Padahal, sebelumnya Sentul City dan kontraktor telah sepakat memperpanjang jatuh tempo jadi 30 Oktober 2020.

Pada persidangan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, majelis hakim menyatakan bahwa Sentul City berada dalam keadaan PKPU Sementara, sehingga BKSL dan PT Prakasaguna Ciptapratama selaku kreditor harus kembali bersidang pada 15 Maret 2021.

Ketua Majelis Hakim, Dulhusin mengatakan, BKSL berada dalam keadaan PKPU selama 45 hari ke depan sejak putusan hari ini diucapkan. "Persidangan selanjutnya ditetapkan pada 15 Maret 2021," kata Dulhusin saat memimpin persidangan perkara PKPU BKSL dan Prakasaguna di Pengadilan Niaga pada PN Jakarta Pusat, Jumat (29/1/2021).

2. Pandemi, Laba Bersih BNI Capai Rp 3,3 T di 2020

Emiten bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih konsolidasi sepanjang tahun lalu mencapai Rp 3,3 triliun atau turun 78,54% dari tahun 2019 sebesar Rp 15,38 triliun.

"Kami di BNI sepanjang tahun lalu memacu diri agar 2021 menjadi lebih baik dengan membuat lompatan bisnis. Langkah yang kami lakukan, perseroan dapat hasil menggembirakan, pemulihan lebih cepat terwujud," kata Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI, dalam paparan virtual di Jakarta, Jumat (29/1/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Novita Widya Anggraini, Direktur Keuangan BNI, mengatakan BNI terus beradaptasi di tengah pemulihan, dengan catatan kredit disalurkan 2020 sebesar Rp 586,2 triliun, naik 5,3% yoy (year on year).

Pada tahun 2020, perseroan mampu menjaga NIM (net interest margin) di level 4,5% melalui strategi manajemen biaya dana yang efektif. BNI mencatatkan biaya dana (cost of fund) yang terus mengalami perbaikan di setiap kuartalnya, terutama pada kuartal IV-2020 yang berada pada level 2,0% atau membaik 60 basis poin (bps) dari kuartal sebelumnya, sehingga biaya dana atau cost of fund (cof) pada akhir 2020 turun menjadi 2,6% dari 3,2% di 2019.

3. Pak Jokowi, Hutama Karya Minta Tambahan PMN Rp 19 T

Perusahaan konstruksi PT Hutama Karya (Persero) bakal mengajukan tambahan penyertaan modal negara (PMN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) untuk menyelesaikan proyek strategis nasional (PSN) yang tengah digarapnya.

Tambahan PMN ini diajukan lantaran perusahaan masih mengalami tantangan dalam pemenuhan pendanaan tol tersebut. Hingga saat ini pemenuhan telah dilakukan melalui PMN, penerbitan obligasi dan pinjaman dari lembaga keuangan yang dijamin oleh pemerintah.

EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan mengatakan tambahan PMN ini akan melengkapi pendanaan yang tahun ini akan diterima yang juga bersumber dari PMN senilai Rp 6,2 triliun yang dianggarkan pada APBN 2021.

"... Selain itu, perusahaan saat ini sedang mengajukan tambahan PMN sebesar Rp 19 triliun kepada pemerintah," kata Fauzan dalam siaran persnya, Jumat (29/1/2021).

4. Usai Tekor, Anak Usaha Krakatau Akhirnya Cetak Laba Rp 512 M

Produsen baja nasional, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menyebutkan sepanjang 2020 anak usahanya akan mengantongi laba bersih senilai US$ 36,55 juta atau setara dengan Rp 511,74 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$.

Berdasarkan bahan paparan yang disampaikan perusahaan, kinerja di akhir 2020 ini jauh membaik jika dibanding dengan periode full year 2019 yang malah mencatatkan rugi senilai US$ 169,32 juta atau Rp 2,37 triliun.

Di 2020, porsi tertinggi anak usaha disumbang dari PT Krakatau Tirta Industri (KTI) yang menyumbang laba senilai US$ 10,84 juta. Lalu PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) senilai Rp 10,78 juta.

Sedangkan PT Pipe Industries menyumbang laba kepada induk usahanya senilai US$ 7,55 juta. Dengan kinerja anak usahanya ini, kinerja perusahaan tahun lalu dari segi laba sebelum beban pajak akan tercatat senilai US$ 104 juta. Kinerja ini melesat jika dibanding dengan kerugian di pos yang sama pada 2019 yang senilai US$ 530,5 juta.

5. Gokil! Laba BRIS Naik 235,14% di 2020 Menjadi Rp 248 M

PT BRIsyariah Tbk (BRIS) sepanjang tahun lalu mencatatkan laba bersih senilai Rp 248 miliar pada akhir 2020 lalu. Capaian laba bersih ini naik 235,14% dari posisi 2019.

Dari sisi aset terjadi pertumbuhan 33,8% menjadi Rp 57,7 triliun dibandingkan dengan posisi di tahun sebelumnya.

Direktur Utama BRIsyariah Ngatari mengatakan hingga triwulan IV 2020 BRIsyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 40 triliun, tumbuh mencapai 46,24% year-on-year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan ditopang segmen ritel yakni SME, mikro dan konsumer.

"Alhamdulillah menjelang legal merger tanggal 1 Februari 2021 BRIsyariah tumbuh positif dari sisi laba, aset, pembiayaan," kata Ngatari dalam siaran persnya, Jumat (29/1/2021).

Pertumbuhan pembiayaan paling tinggi disumbang oleh pembiayaan mikro mencapai Rp 10,7 triliun, tumbuh 163% yoy. Total KUR yang disalurkan BRIsyariah pada tahun 2020 mencapai Rp 4,5 triliun. Sebesar 40% penyaluran KUR disalurkan ke sektor ekonomi produksi. Sementara sekitar 37,7% difokuskan ke sektor ekonomi perdagangan dan sekitar 22% di sektor jasa.

6. Sepanjang 2020, Laba Bank Mega Naik 50% Jadi Rp 3 T

Emiten bank milik Grup CT Corp, PT Bank Mega Tbk (MEGA) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 50,2% pada tahun 2020 menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2 triliun.

Kenaikan laba bersih ini juga mengerek laba per saham dasar Bank Mega menjadi Rp 432 per saham dari sebelumnya Rp 288 per saham.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Jumat (29/1/2020). Kenaikan laba bersih ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2% dari sebelumnya Rp 3,58 triliun.

Sepanjang tahun 2020, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 48,48 triliun, terkontraksi 8,54% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 53,01 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79% menjadi Rp 79,18 triliun dari sebelumnya Rp 72,79 triliun.

7. Laba Capai Rp 18,6 T di 2020, Aset Bank BRI Tembus Rp 1.512 T

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 18,66 triliun di sepanjang 2020, mengalami penurunan 45,70% dari laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 34,37 triliun.

Adapun aset Bank BRI tercatat di atas Rp 1.500 triliun atau tepatnya Rp 1.511,81 triliun di tahun lalu, naik 6,7% dari Desember 2019 sebesar Rp 1.417 triliun. Tahun 2018 aset BRI Rp 1.297 triliun, dan tahun 2017 asetnya Rp 1.127 triliun.

"Aset BRI tumbuh untuk pertama kalinya tembus di atas Rp 1.500 triliun yakni Rp 1.511,81 triliun dan artinya aset tersebut mengalami pertumbuhan positif dan kemudian dijaga dengan sehat kualitasnya dan hasil profit yang sehat pula," kata Sunarso, Direktur Utama Bank BRI, dalam paparan virtual, Jumat (29/1/2021).

Sunarso menjelaskan, dari sisi laba BRI memang mengalami penurunan dari tahun 2019. Ini seiring dengan dampak pandemi Covid-19.

"Laba ini kalau dibanding tahun lalu pasti turun bahkan ada satu bulan kita tidak bukukan laba sama sekali ketika alokasikan resources seluruhnya untuk restrukturisasi melakukan penyelamatan nasabah utama kita yakni UMKM. Alhamdulillah restrukturisasi sudah dilakukan dan tren turun," kata Sunarso.

8. Capex Tambang Bawah Tanah Freeport & Inalum Rp 12,6 T

PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini mayoritas sahamnya telah dimiliki oleh PT Inalum (Persero) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 900 juta (Rp 12,6 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) per tahun untuk tambang bawah tanahnya hingga 2022 mendatang.

Berdasarkan rilis yang disampaikan Freeport-McMoRan, nilai capex ini merupakan kontribusi dari Inalum. Sedangank sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku, biaya agregat sebelum kontribusi dari Inalum diharapkan capex senilai US$ 1,1 miliar per tahun pada 2021 dan 2022.

Saat ini PTFI terus meningkatkan kegiatan operasi di tambang bawah tanah tambang Grasberg di Papua ini. Selama beberapa tahun ke depan, tambang ini ditargetkan akan menghasilkan produksi rata-rata 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.

Sedangkan di tahun ini saja diharapkan produksinya mendekati angka 1,4 miliar pon tembaga dan 1,4 juta ons emas. Angka ini hampir dua kali lipat dari hasil produksi 2020 lalu.

9. Aberdeen Standard Hengkang dari RI, Reksa Dananya Tutup

Salah satu manajer investasi yang dimiliki asing, PT Aberdeen Standard Investments Indonesia bakal hengkang dari pasar keuangan Indonesia. Hal ini merupakan keputusan dari Standard Life Aberdeen (SLA) selaku ultimate beneficial shareholder perusahaan.

Berdasarkan pengumuman yang disampaikan perusahaan, dengan diputuskan untuk keluar dari Indonesia, maka perusahaan juga memutuskan untuk membubarkan reksa dana Aberdeen Standard Indonesia Bond Fund.

"Bahwa SLA sebagai penerima manfaat utama (ultimate beneficial shareholder) dari Manajer Investasi telah memutuskan rencana strategis untuk menutup kegiatan bisnis manajer investasi di Indonesia," tulis pengumuman yang dipublikasikan di media tersebut, dikutip Jumat (29/1/2021).

Terkait dengan hal tersebut, manajemen perusahaan menyebutkan pembubaran reksa dana ini sesuai dengan surat perusahaan No. 47/DIR/ASII/2021 tanggal 28 Januari 2021. Perusahaan juga telah meminta kepada bank kustodian untuk menghentikan perhitungan nilai aktiva bersih (NAB) dari reksa dana tersebut per 28 Januari 2021.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berburu Cuan Awal Pekan, Jangan Lupa 8 Kabar Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular