
Ini Dia 7 Informasi Penting untuk Bekal Berburu Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski aksi beli investor asing tak begitu massif pada perdagangan Selasa kemarin, laju bursa saham domestik tetap berakhir di zona hijau. Indeks Harga Saham Gabungan menguat 0,33% ke posisi 6.359,20.
Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi mencapai Rp 14,19 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,48 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan pembelian bersih senilai Rp 29,89 miliar. Namun, bila diakumulasi sejak awal tahun, net buy asing sudah mencapai Rp 14,66 triliun.
Penguatan IHSG tampaknya merespons positif kenaikan bursa saham Wall Street yang juga menunjukkan tren kenaikan.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Rabu ini:
1. Dicaplok Michelin, Multistrada Mau Delisting dari Bursa RI
Emiten produsen ban, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) berencana melakukan penghapusan pencatatan saham secara sukarela atau voluntary delisting di Bursa Efek Indonesia.
Mengacu pengumuman yang disampaikan BEI, informasi delisting ini disampaikan manajemen Multistrada melalui surat No. Ref: 0001/FA/MASA/III/21 tanggal 1 Maret 2021 perihal Permohonan Suspensi Perdagangan Saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA).
"Perseroan menyampaikan rencana melakukan voluntary delisting dari Bursa Efek Indonesia dan go private," tulis pengumuman BEI, Selasa (2/3/2021).
Sebagai informasi, saat ini MASA adalah perusahaan ban dengan merek dagang Achilles. Saat ini saham perusahaan ini dikendalikan oleh Socgen SA Compagnie Generale Des Etablissements Michelin atau Michelin dengan kepemilikan 99,64%.
Dua tahun lalu atau Januari 2019, Compagnie Générale des Établissements Michelin resmi mengakuisisi Multistrada Arah Sarana. Perusahaan asal peranci tersebut mengakusisi80% saham senilaiUS$ 439 juta atau Rp 6,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Sedangkan, sisanya adalah saham publik sebesar 0,36%
2. Berkah Harga CPO, Duo Emiten Sawit Grup Salim Cetak Laba 2020
Dua perusahaan agribisnis milik grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) atau Lonsum dan induk usahanya PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) membukukan kenaikan laba bersih yang signifikan sepanjang tahun lalu.
Bahkan SIMP mampu mencetak laba dari sebelumnya merugi sejalan dengan naiknya harga jual minyak sawit (crude palm oil/CPO) selama masa pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan keuangan, laba bersih LSIP tahun lalu mencapai Rp 696,01 miliar, melesat 174,12% dari posisi Rp 253,90 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, induk usaha LSIP yakni SIMP juga mencatat kinerja positif. Mengacu data laporan keuangan, SIMP mencatat laba bersih Rp 234,28 miliar dari tahun sebelumnya yang rugi bersih Rp 546,15 miliar. Pemulihan laba bersih dari rugi ini seiring dengan pendapatan yang naik 6% menjadi Rp 14,48 triliun dari Rp 13,65 triliun.
Adapun tahun lalu, produksi TBS inti SIMP turun 9% yoy menjadi 2,99 juta ton terutama akibat dampak cuaca serta kegiatan peremajaan tanaman sawit. Diiringi dengan kontribusi TBS eksternal yang lebih rendah maka total produksi CPO turun 12% menjadi 737 ribu ton.
3. PTBA: PLTU Sumsel 8 Beroperasi Akhir 2021
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan progress konstruksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang (PLTU) Sumsel 8 sudah mencapai 70%. Ditargetkan akan segera beroperasi atau commercial Operation Date (COD) pada Kuartal I Tahun 2022 untuk unit 1 dan unit 2.
"Progress konstruksi sudah 70% per Januari, siap operasi komersial pada Triwulan I 2022 ke depan," ungkapnya dalam sambutan perayaan HUT Ke-40 PT Bukit Asam Tbk, melalui akun YouTube, Selasa, (02/03/2021).
Dalam pernyataan perusahaan, PLTU Sumsel 8 terdiri atas 2 unit. Unit 1 siap beroperasi komersial pada bulan Desember tahun ini, dan Unit-2 pada bulan Maret 2022.
Arviyan menyebut PLTU Sumsel 8 ini merupakan pembangkit listrik mulut tambang yang terbesar dengan kapasitas 1.200 mega watt (MW). Selain itu menurutnya ini juga menjadi PLTU yang paling efisien.
4. Crazy Rich Batu Bara Ini Borong Saham BYAN, Berapa Duit?
Pemilik sekaligus Direktur Utama PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Low Tuck Kwong melakukan pembelian saham perusahaan yang dipimpinnya ini sebanyak 1.206.400 saham dengan total transaksi mencapai Rp 15,59 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pembelian ini dilakukan pada 22-24 dan 26 Februari 2021 lalu. Transaksi ini dilakukan di harga Rp 12.927,48/saham. Dengan transaksi ini maka kepemilikan Low Tuck Kwong naik menjadi 54,70% dari sebelumnya sebanyak 54,66%.
Tujuan transaksi yang dilakukan adalah untuk investasi langsung. Ini bukan pertama kalinya di bulan ini crazy rich Indonesia kelahiran Singapura ini melakukan pembelian saham BYAN. Transaksi yang sama juga dilakukan pada 9 dan 17 Februari.
