Simak 8 Informasi Ini, Penting Buat Anda Sebelum Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 March 2021 08:32
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta
Foto: Pengunjung mempelajari platform investasi digital di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual pelaku pasar asing mendorong pelemahan laju bursa saham domestik pada perdagangan awal pekan ini, Senin (15/3/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,53% ke level 6.324,25 poin.

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi harian kemarin mencapai Rp 11,08 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,14 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 159,34 miliar. Sementara itu, jika diakumulasi sejak awal tahun ini, pelaku pasar asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 12,63 triliun.

Sebelum memulai transaksi Selasa ini (15/3/2021), cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1. Bank Mandiri Bagi Dividen Rp 10,27 T, Ini Rinciannya

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menyetujui pembagian dividen sebanyak 60% dari laba bersih 2020, atau sekitar Rp 10,27 triliun. Dari total jumlah dividen yang dibagikan tersebut, setiap unit saham mendapatkan Rp 220.

Dengan memperhitungkan komposisi saham merah putih yang sebesar 60%, maka Bank Mandiri akan menyetorkan dividen sekitar Rp 6,16 triliun ke kas Negara. Sedangkan, sebanyak 40% dari laba bersih tahun lalu akan menjadi laba ditahan.

"Besaran dividen tersebut sangat in line dengan komitmen management untuk bisa berkontribusi secara optimal kepada negara serta keinginan untuk menjadi mitra finansial utama pilihan nasabah, salah satunya dengan layanan digital banking yang andal dan simpel. Hal ini juga mengindikasikan dukungan yang kuat dari pemegang saham kepada management untuk mengakselerasi rencana ekspansi digital banking perseroan," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, kepada media di Jakarta (15/3/2021).

2. Demam Youtuber! Grup Bakrie Rogoh Rp 1 T Bikin Konten Digital

Emiten media Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), berencana mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1 triliun dalam 5 hingga 6 tahun ke depan. Belanja modal atau capex (capital expenditure) tersebut akan difokuskan VIVA untuk membuat konten dan digital.

Presiden Direktur Visi Media Asia, Anindya Novyan Bakrie mengatakan, belanja modal tersebut rencananya akan dipenuhi dari kas internal perusahaan

"Kami melihat dalam 5-6 tahun ini, VIVA akan investasi capex jumlahnya Rp 1 triliun, khusus buat konten dan digital," kata Anin Bakrie, dalam jumpa pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Senin (15/3/2021).

Anin juga menjelaskan, saat ini Grup VIVA memang sedang fokus mengembangkan komunitas berbasis digital selain tetap mengandalkan bisnis free to air dari ANTV dan TV-One dan VIVA Network.

3. Bayar Utang, TBLA Minta Restu Penerbitan Obligasi Rp 5,6 T

Emiten perkebunan milik Sungai Budi Group, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), akan meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada Senin ini (15/3/2021).

RUPSLB akan digelar di Hotel Westin-Ruang Padang, Jalan HR Rasuna Said Kav. C-22 A, RT 2/RW 5, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, untuk meminta persetujuan penerbitan obligasi global.

Perseroan akan menerbitkan obligasi global sebesar-besarnya US$ 400 juta atau ekuivalen dengan Rp 5.642.000.000.000 atau Rp 5,64 triliun, jumlahnya merupakan 95,81% dari ekuitas perseroan.

4. Laba Bersih Anjlok 66%, Saham Wika Gedung Ikutan Ambles!

Saham emiten konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) merosot selama sesi I siang ini, Senin (15/3/2021). Pelemahan saham WEGE terjadi pasca-perusahaan melaporkan mengalami penurunan laba bersih drastis sepanjang 2020.

Pada penutupan perdagangan sesi I, saham anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini merosot 0,86% ke Rp 230/saham. Nilai transaksi WEGE sebesar Rp 6,77 miliar. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham WEGE kembali ambles sebesar 1,72% ke Rp 228/saham pada awal pembukaan sesi II siang ini, pukul 13:36 WIB.

Imbasnya, kinerja saham yang resmi melantai di bursa pada 2017 lalu ini menyusut 8,80% selama sebulan. Bahkan, secara year to date (YTD), saham WEGE sudah ambles 15,56%.

5. Pandemi 2020, Laba Bersih ADRO Jeblok 64%, Gegara Apa?

Emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan penurunan laba bersih secara signifikan sepanjang tahun lalu di tahun pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan 2020, laba bersih ADRO tercatat merosot 63,64% menjadi US$ 146,93 juta atau setara dengan Rp 2,05 triliun (Kurs 1 US$ = Rp 14.000).

Adapun pada tahun sebelumnya, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar US$ 404,19 juta atau setara Rp 5,65 triliun.

"Kinerja kami mencerminkan resiliensi model bisnis yang terintegrasi, berkat fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh lini bisnis. Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, dari pandemi global sampai cuaca yang tidak mendukung, kami mampu memenuhi panduan produksi batu bara dan EBITDA operasional yang telah direvisi," kata Presiden Direktur dan CEO ADRO Garibaldi 'Boy' Thohir, dalam siaran pers, dikutip Senin (15/3/2021).

Boy Thohir melanjutkan, perusahaan akan tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian yang ada, sembari memperkirakan bahwa pemulihan ekonomi global akan membawa dampak positif terhadap industri.

6. Pandemi 2020, Rugi Bersih PT Timah Turun Jadi Rp 341 M

Perusahaan BUMN penambang timah, PT Timah Tbk (TINS) pada akhir 2020 terpaksa masih membukukan kerugian senilai Rp 340,59 miliar. Namun kerugian ini sudah berkurang 44% dibanding dengan kerugian perusahaan di akhir Desember 2019 yang mencapai Rp 611,28 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, nilai kerugian per saham juga ikut berkurang menjadi Rp 46 dari sebelumnya sebesar Rp 82.

Sepanjang 2020 di masa pandemi Covid-19, pendapatan perusahaan terkontraksi 21,33% secara tahunan (year on year/YoY). Tercatat di akhir Desember 2020 lalu pendapatan perusahaan sebesar Rp 15,21 triliun, berkurang dari Rp 19,34 triliun di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.

7. ACST Mau Damai dengan Perusahaan Kongsi Surya Paloh

Emiten kontraktor Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) bersama dengan China Construction Eighth Engineering Division (CCEED), menyetujui proposal perdamaian yang diajukan oleh PT China Sonangol Media Investment (CSMI), perusahaan patungan antara Media Group milik pengusaha Surya Paloh dan China Sonangol Land.

Acset dan CCEED tergabung dalam Kerja Sama Operasi (KSO) pada pengerjaan proyek pembangunan gedung Indonesia 1. Hal ini sebagai keputusan dari proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan KSO sejak 12 November 2020 lalu.

Selain KSO, anak usaha ACSET yang terlibat dalam proyek yang sama, yakni PT Bintai Kindenko Engineering Indonesia (BINKEI) turut terdaftar sebagai pemohon dalam PKPU ini.

Corporate Secretary & Investor Relations Acset Indonusa, Maria Cesilia Hapsari mengatakan, KSO dan BINKEI memutuskan secara bersama-sama untuk mengajukan PKPU sebagai upaya untuk memperoleh kepastian pembayaran dari CSMI atas tagihan progres pekerjaan proyek Indonesia 1 yang sudah dikerjakan oleh KSO dan BINKEI namun belum dibayarkan oleh pihak CSMI.

8. Laba ANTM 2020 Melesat 493% Jadi Rp 1,1 T, Jualan Emas Drop!

Emiten BUMN penambang mineral, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan kinerja yang positif di tahun lalu. Pasalnya laba bersih perusahaan selama 2020 meroket hingga 492,90% secara tahunan (year on year (YoY).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan, tercatat laba bersih ANTM tahun lalu mencapai Rp 1,14 triliun. Dibanding dengan laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 193,85 miliar.

Nilai laba bersih per saham ikut naik tajam ke angka Rp 47,83/saham dari sebelumnya di akhir 2019 yang senilai Rp 8,07/saham.

Padahal kinerja pendapatan mengalami penurunan 16,33% YoY menjadi senilai Rp 27,37 triliun dari posisi 31 Desember 2019 yang senilai Rp 32,71 triliun. Kendati pendapatan turun, namun perusahaan berhasil menurunkan angka beban pokok penjualan menjadi Rp 22,89 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 28,27 triliun

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular