
Kala Nasib Rupiah Tergantung Amerika...

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Pekan ini, pelaku pasar sepertinya bakal bergerak hati-hati karena ada pengumuman dua data penting.
Pada Senin (25/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.020 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan.
Namun beberapa menit kemudian rupiah langsung melemah. Pada pukul 09:14 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.030 di mana rupiah melemah 0,07%.
Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah tipis 0,07% terhadap dolar AS secara point-to-point. Sayang sekali. Sepertinya tren depresiasi rupiah belum bisa dibalik.
Pasalnya, investor kemungkinan akan memilih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko. Ada dua rilis data yang akan berpengaruh besar di pasar, dan keduanya datang dari AS.
Pertama adalah hasil rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat masih akan mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%.
Namun bukan hanya soal suku bunga acuan yang ditunggu pasar. Investor juga menunggu arah kebijakan moneter The Fed ke depan.
Beberapa kalangan mulai membuat perkiraan bahwa The Fed akan melakukan pengetatan dengan cara mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing). Setelah itu, baru Federal Funds Rate bakal dikerek.
Sejumlah pejabat teras The Fed memang telah menegaskan bahwa kebijakan yang mengarah ketat alias tapering off belum menjadi pertimbangan. Saat ini ekonomi AS masih butuh dukungan dari segala lini untuk bangkit dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Kami akan terus melakukan itu (pembelian aset di pasar keuangan) sampai ekonomi betul-betul solid. Jadi saya rasa akan butuh waktu sampai kita bicara soal tapering," kata Eric Rosengren, Presiden The Fed Boston, seperti dikutip dari Reuters.
"Saya belum melihat kami akan mengurangi (pembelian aset) sekarang atau dalam waktu dekat. Mungkin itu baru akan terjadi pada akhir 2021 atau awal 2022, tetapi tentu tergantung bagaimana arah perekonomian yang lagi-lagi bergantung dari perkembangan pandemi," kata Patrick Harker, Presiden The Fed Philadelphia, sebagaimana diwartakan Reuters.
Akan tetapi, sepertinya pelaku pasar belum puas kalau belum mendengar langsung dari Pak Ketua Powell. Oleh karena itu, investor sangat menanti jumpa pers oleh Powell yang digelar usai rapat. Selagi menunggu kode dari Powell, rasanya pelaku pasar akan menahan diri dan tidak akan bermain agresif.
