Kala Nasib Rupiah Tergantung Amerika...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2021 09:15
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Data kedua adalah pengumuman pertumbuhan ekonomi AS pada Kamis malam waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam pada kuartal IV-2020 tumbuh 4% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ). Memang masih tumbuh, tetapi jauh melambat dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 33,4%.

Pada kuartal III-2020, tema besar ekonomi adalah pembukaan kembali (reopening) karena kurva kasus positif corona berhasil dibuat melandai. Setelah pembatasan sosial (social distancing) yang ketat pad kuartal II-2020, 'keran' aktivitas warga AS kembali dibuka pada kuartal III-2020 meski masih ada pembatasan di sana-sini.

Namun pada kuartal IV-2020 ceritanya berbalik. Jumlah pasien positif corona melonjak tajam sehingga membuat berbagai negara bagian di AS kembali menutup aktivitas dan mobilitas masyarakat. Dari reopening menjadi reclosing.

"Kita benar-benar berada di lubang yang dalam. Ketika ekonomi mulai dibuka kembali dan ada tanda-tanda positif, kita tentu berharap tidak kembali seperti kondisi Februari 2020," tutur Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, seperti diwartakan Reuters.

Untuk keseluruhan 2020, Mester memperkirakan PDB AS mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) di kisaran 6%. Jika terwujud, maka akan menjadi pencapaian terburuk usai Perang Dunia II.

AS adalah perekonomian terbesar di dunia, pasar konsumen nomor satu di kolong atmosfer. Kalau pemulihan ekonomi AS berada di jalur yang benar, maka seluruh dunia akan menikmatinya. Ekspor berbagai negara akan terdongkrak karena peningkatan permintaan di AS.

Oleh karena itu, data pertumbuhan ekonomi AS begitu dinanti oleh pelaku pasar. Sebab data ini akan sangat menentukan arah pemulihan ekonomi dunia.

Selagi belum ada penguman resmi dari Biro Analisis Ekonomi AS (US BEA), investor akan cenderung mengambil jarak dari instrumen berisiko. Ini akan membuat arus modal yang mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang jadi seret, termasuk ke Indonesia. Hasilnya, rupiah pun harus rela tergusur ke jalur merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular