
Baru Sepekan IPO, Saham DCI Indonesia Disuspensi Bursa!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham emiten data center, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mulai perdagangan Selasa ini (19/1/2021).
Suspensi saham ini sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham DCII, sehingga perlu dilakukan suspensi dalam rangka cooling down.
"BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham DCII, pada perdagangan tanggal 19 Januari 2021," tulis pengumuman BEI, Selasa ini (19/1).
BEI menegaskan, penghentian sementara perdagangan Saham DCII tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham DCII.
"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan," tulis BEI.
Data perdagangan mencatat, dalam sepekan terakhir saham DCII melesat 143% di level Rp 3.070/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 7,3 triilun.
Saham DCII tercatat di BEI pada pada Rabu 6 Januari 2021, menjadi emiten kedua tahun ini.
DCII melepas sebanyak 357,56 juta saham baru yang setara dengan 15% dari modal disetor dan ditempatkan perseroan, dengan harga penawaran sebesar Rp 420/saham. Dengan IPO ini, perseroan meraih dana sebesar Rp 150,17 miliar. Saham DCII dicatatkan di papan pengembangan.
Saat debut perdana melantai di pasar modal di Rabu itu, saham DCII terpantau naik 25% atau 105 poin ke level Rp 525/saham alias tembus batas atas auto rejection (ARA). Saat itu nilai kapitalisasi pasarnya baru Rp 1,25 triliun dengan price to earnings ratio (PER) sebesar 11,75 kali, sementara saat ini PER-nya tembus 68,6 kali.
PT Buana Capital Sekuritas bertindak selaku penjamin pelaksana emisi efek.
CEO DCI Indonesia, Toto Sugiri mengatakan, langkah perusahaan masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO merupakan bagian dari strategi perseroan.
Ia optimistis, prospek bisnis data center yang digeluti perseroan di tengah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang melesat, ditambah teknologi cloud yang tumbuh secara eksponensial, yang telah mendorong permintaan terhadap fasilitas data center hyperscale di Indonesia akhir-akhir ini.
"Pasar data center ini diperkirakan memiliki total kapasitas 72,5 MW sampai akhir tahun 2020 dan menurut proyeksi Structure Research akan terus bertumbuh dengan CAGR [rerata pertumbuhan tahunan] sebesar 22,3% selama lima tahun ke depan," ujarnya, dalam keterangan pers, Rabu (6/1/2021).
Di kuartal pertama 2021, perseroan akan mengoperasikan empat gedung data center dengan total kapasitas 37 MegaWatt (MW) untuk memenuhi permintaan pasar di Indonesia.
Tidak hanya itu, perseroan, lanjut dia, merupakan data center Tier IV pertama di Asia Tenggara yang mulai beroperasi sejak tahun 2013 dengan uptime availability 100%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Data Center Moncer, Laba DCII Melesat 42,76% pada 2021
