Vaksinasi Dimulai, Simak Dulu 7 Kabar Pasar Sebelum Trading

Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 January 2021 08:46
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,2% ke 6.395,66 poin pada perdagangan Selasa (12/1/2021).

Nilai transaksi yang tercatat mencapai hampir Rp 26 triliun. Asing masuk dan mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp 605 miliar di pasar reguler.

Sentimen yang menjadi penggerak utama pasar keuangan domestik hari ini adalah vaksin Covid-19. Setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) memutuskan untuk melabeli vaksin buatan Sinovac itu suci dan halal kini giliran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang angkat suara.

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap hasil uji klinis tahap III vaksin Sinovac di RI, diperoleh tingkat keampuhannya (efficacy) sebesar 65,3%. Memang lebih rendah dibanding hasil yang diperoleh di Turki dan Brasil yang masing-masing mencapai 91,25% dan 78%.

Namun efficacy tersebut masih lebih tinggi dari ambang batas yang ditetapkan WHO di angka 50%. Menurut keterangan BPOM vaksin Covid-19 yang diberi nama CoronaVac tersebut juga aman dan hanya memberikan gejala ringan seperti demam.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, BPOM akhirnya merestui penggunaan vaksin CoronaVac untuk keadaan darurat (emergency use authorization/EUA). Setelah BPOM memberikan lampu hijau, Presiden Joko Widodo akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin.

Untuk memulai lagi perdagangan hari ini Rabu (13/1/2021), ada baiknya disimak sederet kabar emiten yang terjadi kemarin.

1. Cari Suntikan Investor Baru, Induk SCTV Private Placement

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) bakal melakukan penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement.

Jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak 5,50 miliar saham atau setara dengan 9,75% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

Berdasarkan informasi yang disampaikan perusahaan, jumlah saham tersebut secara total adalah 10% atau 5,64 miliar saham, kemudian dikurangi dengan alokasi MESOP (saham untuk manajemen) sebanyak 141 juta saham.

2. Saham Disuspensi, Begini Penjelasan IRRA soal Prospek Bisnis

Manajemen emiten distributor alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) menjelaskan soal prospek bisnis perusahaan di tahun ini di tengah kondisi harga saham perusahaan yang baru saja dihentikan sementara (suspensi) perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa ini (12/1/2021).

Dalam surat penjelasan kepada BEI, Direktur IRRA Pranoto Satno Raharjo mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan sebesar 80% - 100% tahun ini, dari indikasi kinerja perusahaan di tahun 2020.

"Indikasi kinerja perusahaan di tahun 2020 tumbuh di kisaran 90%-95% untuk pendapatan dan kisaran 70% - 80% untuk laba bersih dibandingkan tahun 2019 (YoY)," katanya, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (12/1/2021).

3. Deal! KAEF-Pertamina Bangun Pabrik Paracetamol Rp 700 M

Rencana kerja sama pembangunan pabrik Paracetamol antara PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) memiliki nilai investasi mencapai US$ 40 juta-US$ 50 juta (Rp 560 miliar-Rp 700 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Sekretaris Perusahaan KPI Ifki Sukarya mengatakan pembagian porsi investasi ini akan bergantung pada skema bisnis yang akan dijalankan kedua perusahaan nantinya.

"Untuk estimasi total biaya investasi dari KPI dan KAEF sebesar 40-50 juta USD. Untuk pembagian porsinya akan ditentukan berdasarkan skema bisnis yang dijalankan," kata Ifki kepada CNBC Indonesia pekan lalu.

4. Ada Kabar Pemilik Shopee Caplok Bank KSE, Jadi Bank Digital?

Sea Limited (Sea Group), perusahaan induk e-commerce Shopee, yang sahamnya tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dikabarkan masuk menjadi pemegang saham PT Bank Kesejahteraan Ekonomi atau dikenal dengan Bank BKE.

Sebelumnya, pada awal Desember 2020, Sea Group, baru saja mendapatkan lisensi perbankan digital secara penuh oleh otoritas moneter Singapura, bersama dengan konsorsium Grab-Singtel.

Selain Singapura, Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, juga disebutkan menjadi pasar 'panas' bagi bisnis fintech dan perbankan digital.

5. Produksi Batu Bara BUMI Sepanjang 2020 Tembus 83 Juta ton

Sepanjang 2020, emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memproduksi 83-85 juta ton batu bara, atau hampir sama dengan produksi 2019. Sementara untuk tahun ini, BUMI menargetkan produksi batu bara mencapai 85-90 juta ton atau naik sekitar 5,8% dibandingkan 2020.

"Masih belum menerima data pastinya, tetapi saya rasa produksi sepanjang 2020 mencapai sekitar 83-85 juta ton. Sementara tahun ini kami mengupayakan bisa mencapai produksi 85-90 juta ton," kata Director & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava kepada CNBC Indonesia (12/01/2021).

6. Bank Net Syariah IPO Rp 525 M, Bakal Saingan Sama BRIS nih!

PT Bank Net Indonesia Syariah, yang sebelumnya bernama PT Bank Maybank Syariah Indonesia, tengah bersiap menyelesaikan proses penawaran saham umum perdana (initial public offering/IPO).

Bank ini akan melepas 5 miliar saham atau setara dengan kepemilikan 37,90% dari modal disetor setelah penawaran umum saham.

Jika tercatat, Bank Net Syariah akan masuk dalam deretan bank syariah yang sudah tercatat lebih dahulu yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS).

7. Tak Menguntungkan, Indosat Pastikan akan Lepas Bisnis Satelit

PT Indosat Tbk (ISAT) memastikan ke depannya tak lagi akan memiliki dan mengoperasikan satelit lantaran dinilai sudah tidak lagi memiliki skala ekonomi yang kompetitif bagi bisnis perusahaan.

Chief Legal & Regulatory Officer Indosat Natasha Nababan mengatakan belum lama ini perusahaan memang telah melepaskan slot orbit satelitnya di 113 derajat BT.

"Ke depannya perusahaan tidak akan lagi memiliki dan mengoperasikan satelit. Karena memang secara skala ekonomi, dulunya perusahaan punya tiga sekarang tinggal satu, itu tidak efisien lagi dan kita tidak bisa memberikan harga yang kompetitif untuk layanan satelit," kata Natasha dalam paparan publik virtual, Selasa (12/1/2021).


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak 7 Kabar Penting, Ada Buyback Jumbo dari ADRO Rp 4 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular